KONSEP UMUM PENYAKIT
1.
Definisi
Polisitemia
berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak), cyt (sel), dan hemia (darah). Jadi,
polisitemia berarti peningkatan jumlah sel darah (eritrosit, leukosit,
trombosit) di dalam darah. Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi
di mana tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah . Polisitemia adalah peningkatan absolute dalam massa
eritrosit yang bukan akibat proses mieloproliferatif primer(Peningkatan volume
sel darah merah total, pada laki-laki dengan hematokrit yang menetap lebih dari
55% dan pada perempuan dengan hematokrit menetap lebih dari 50%, serta
penurunan volume plasma juga dapat menyebabkan peningkatan hematokrit) atau
proliferasi berlebihan sel eritroid, disertai dengan seri myeloid dan megakariosit.
Proliferasi maligna ini bersifat klonal dari sel induk hemapoetik.
Polisitemia merupakan kelainan sistem hemopoises yang
dihubungkan dengan peningkatan jumlah dan volume sel darah merah(eritrosit)
secara bermakna mencapai 6-10 juta/ml di atas ambang batas nilai normal
dalam sirkulasi darah merah (eeritrosit) secara bermakna mencapai 6-
10 juta/ml di atas ambang batas nilai normal sirkulasi darah, tanpa
memperdulikan jumlah leukosit dan trombosit.ambang Disebut polisitemia vera
bila sebagian populasi eritrosit bereasal dari suatu klon sel induk darah yang
abnormal (tidak membutuhkan eritropoetin untuk proses pematangannya). Berbeda
dengan polisitemia sekunder dimana eritropoetin meningkat atau fisisologis
sebagai kompensasi atas kebutuhan oksigen yang meningkat atau ertropoetin
meningkatseacra non fisiologis pada sindrom pparaneoplastik sebagai manifestasi
neoplasma lain yang mensekresi eritropetin.
2. Epidemiologi
Polisitemia verapaling sering ditemukan, biasanya mengenai pasien berumur 40-60 tahun,
walaupun kadang-kadang ditemukan + 5% pada mereka yang berusia lebih muda.
Angka kejadian polisitemia vera ialah 7 per satu juta penduduk dalam setahun.
Penyakit ini dapat terjadi pada semua ras/bangsa, walaupun didapatkan angka
kejadian yang lebih tinggi di kalangan bangsa Yahudi. Pada pria didaptkan dua
kali lebih banyak daripada banyak wanita.
3. Etiologi
Faktor pencetusnya belum diketahui secara pasti, akan
tetapi banyak faktor predisposisi seperti faktor penyakit menjadi penyebab
terjadinya polisitemia. Pada polisitemia vera, mutasi JAK – 2 menjadi penyebab
karena kesalahan dalam mengkode valin menjadi fenilalanin. Berikut ini adalah
daftar penyebab atau kondisi yang mendasarinya (lihat juga mendiagnosis
penyebab yang mendasari polisitemia) yang mungkin dapat menyebabkan polisitemia
meliputi:
4. Klasifikasi
Polisitemia
Dikenal
2 jenis polisitemia yaitu relatif (apparent) dan absolut termasuk didalamnya polisitemia primer
(vera) dan sekunder.
a. Polisitemia
relatif (apparent)
Polisitemia
relatif berhubungan dengan hipertensi, dehidrasi,luka bakar, obesitas, dan stress. Dikatakan relatif
karena terjadi penurunan volume plasma namun massa sel darah merah tidak
mengalami perubahan.
b. Polisitemia Absolut
Dikatakan absolut karena terjadi peningkatan volume dan jumlah
dari sel – sel darah baik karena mutasi gen ataupun karena faktor penyakit.
·
Polisitemia primer (Vera)
Polisitemia
primer dikarenakan sel benih hematopoietik mengalami proliferasi berlebihan
tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin
rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena rangsangan
eritropoietin yang adekuat. Polisitemia vera adalah contoh polisitemia primer.
Jumlah sel darah merah atau eritrosit manusia umumnya berkisar antara 4 hingga 6
juta per mikroliter darah. Jumlah ini yang terbanyak dibandingkan dengan sel
darah lainnya. Namun, jumlah sel darah merah bisa melebihi batas normal.
Kondisi ini dikenal dengan sebutan polisitemia vera.
·
Polisitemia sekunder
Jenis
ini, proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar eritropoietin. Jadi,
berbanding terbalik dengan polisitemia primer. Peningkatan massa sel darah
merah lama kelamaan akan mencapai keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin
kembali ke batas normal. Contoh polisitemia sekunder fisiologis adalah
hipoksia.
5. Patofisiologi
Keadaan yang diketahui sebagai polisitermia diakibatkan
dari terlalu banyak SDM. Polisitemia berarti kelebihan (poli) semua jenis sel
(sitemia), tetapi umumnya nama tersebut digunakan untuk keadaan yang volume
SDMnya melebihi normal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan viskositas dan
volume darah. Polisitemia primer atau vera, merupakan suatu gangguan
mieloproliferatif. Sel induk pluripoten abnormal.
Ditemukan juga eritrositosis yang nyata dengan kadar
eritropoietin normal atau rendah, serta leukositosis dan
trombositosis.Polisitemia vera merupakan penyakit progresif pada usia
pertengahan,agak lebih banyak mengenai laki-laki daripada perempuan.tanda-tanda
dan gejala-gejala ini disebabkan oleh peningkatan volume darah total dan
peningkatan viskositas darah. Volume plasma biasanya normal,dan terjadi
vasodilatasi untuk menampung peningkatan volume eritrosit. pasien tersebut
datang dengan corak pletorik(merah bata)dan mata merah meradang. Gejala-gejala
nonspesifik,bervariasi dan sensasi ”penuh dikepala” sampai sakit kepala,
pusing, kesulitan berkonsentrasi, pandangan kabur, kelelahan,dan
pluritus(gatal) setelah mandi. Peningktan volume dan viskositas darah (aliran
darah lambat) bersama dengan peningkatan jumlah trombosit dan fungsi trombosit
abnormal mempermudah individu mengalami trombosis dan pendarahan.
Trombosis merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Penyakit ini berkembang dalam waktu 10 sampai 15 tahun.Selama waktu
ini, limpa dan hati membesar,disebabkan oleh kongesti eritrosit. Sumsum tulang
menjadi fibrosis dan akhirnya menjadi nonproduktif karena “kehabisan
tenaga”.atau berubah menjadi leukemia mielogenik akut, baik sebagai akibat dari
pengobatan atau perjalanan penyakit (Shelton,2000).
Modalitas pengobatan untuk polisitemia vera meliputi
flebotomi mingguan untuk mencapai kadar hematokrit kurang dari 45,dan kemudian
berdasarkan “seperlunya.”penggunaan fosfor radioaktif dan agen pengalkilasi
terbatas,secara luas karena penggunaan agen-agen tersebut diketahui
karsinogenik dan dapat berperan dalam perkembangan leukemia akut. Penggunaan
busulfan jangka pendek (yaitu,4 hingga 6 minggu)dapat mencapai remisi yang
potensial. Hidroksiurea sering digunakan untuk mempermudah pemberian dan
toleransi.Akan tetapi,obat-obat ini menyebabkan mielosupresi generalisata.
Anagrelide hidroklorida (Agrylin) digunakan untuk menurunkan jumlah trombosit.
Polisitemia sekunder terjadi saat volume plasma yang
beredar di dalam pembuluh darah berkurang (mengalami hemokonsentrasi) tetapi
volume total SDM didalam sirkulasi normal. Oleh karena itu,hematokrit pada
laki-laki meningkat sampai 54%. Penyebab yang paling mungkin adalah dehidrasi.
Bentuk lain disebut pseudo atau stres polisitemia.Walaupun penyebab pastinya
tidak diketahui,insiden paling tinggi pada laki-laki usia
pertengahan,obese,sangat cemas disertai hipertensi.Merokok sigaret tampaknya
mengeksaserbasi keadaan ini karena pajanan karnon monoksida jangka lama
meningkatkan eritrositosis(Linker,2001).
Kondisi-kondisi medis mendasar yang merangsang produksi
eritropoietin meliputi penyaki-penyakit kardiopilmonal yang menurunkan sarurasi
O2 arteri atau tumor ginjal yang menurunkan aliran darah ginjal. Keadaan
tersebut juga terjadi pada orang yang hidup di daerah tinggi yang O2 atmosfernya
berkurang. Untuk polisitemia sekunder; diindikasikan untuk mengobati penyebab
yang mendasarinya.
6. Manifestasi
Klinis
Tanda
dan gejala predominan terbagi menjadi 3 fase, yaitu:
a.
Gejala awal (early symptoms)
Gejala
awal dari Polisitemia Vera sangat minimal dan tidak selalu ada kelainan
walaupun telah diketahui melalui tes laboratorium. Gejala awal biasanya sakit kepala (48 %), telinga
berdenging (43 %), mudah lelah (47 %), gangguan daya ingat, susah bernafas (26
%), hipertensi (72 %), gangguan penglihatan (31 %), rasa panas pada tangan /
kaki (29 %), pruritus (43 %), perdarahan hidung, lambung (24 %), sakit tulang
(26 %).
b.
Gejala akhir (later symptoms) dan
komplikasi
Sebagai
penyakit progresif, pasien Polisitemia Vera mengalami perdarahan /
trombosis, peningkatan asam urat (10 %)
berkembang menjadi gout dan peningkatan resiko ulkus peptikum.
c.
Fase splenomegali (spent phase)
Sekitar
30 % gejala akhir berkembang menjadi fase splenomegali. Pada fase ini terjadi
kegagalan Sum-sum tulang dan pasien menjadi anemia berat, kebutuhan tranfusi meningkat, hati dan
limpa membesar.
Manifestasi
klinis Polisitemia vera terjadi karena peningkatan jumlah total
eritrosit yang akan meningkatkan viskositas (kekentalan) darah yang kemudian
akan menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah sehingga dapat menyebabkan
thrombosis dan penurunan laju transport oksigen. Kedua hal tersebut akan
mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai gejala dapat timbul
karena terganggunya oksigenasi organ yaitu berupa:
1.
Hiperviskositas
Peningkatan
jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas (kekentalan) darah yang
kemudian akan menyebabkan : Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate),
lebih jauh lagi akan menimbulkan eritrostasis sebagai akibat penggumpalan
eritrositm dan Penurunan laju transport oksigen. Kedua hal tersebut akan
mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai gejala dapat timbul
karena terganggunya oksigenasi organ sasaran (iskemia/infark) seperti di otak,
mata, telinga, jantung, paru, dan ekstremitas.
2.
Penurunan shear rate
Penurunan
shear rate akan menimbulkan gangguan fungsi hemostasis primer yaitu agregasi
trombosit (menunjukkan tingkat kemampuan darah untuk menggumpal) pada endotel.
Hal tersebut akan mengakibatkan timbulnya perdarahan walaupun jumlah trombosit
> 450.000/mm3. Perdarahan terjadi pada 10 - 30 %
kasus Polisitemia Vera, manifestasinya dapat berupa epistaksis (pendarahan pada
hidung), ekimosis (pendarahan pada kulit atau selaput lendi) dan perdarahan
gastrointestinal.
3.
Trombositosis
Trombositosis
dapat menimbulkan trombosis. Pada Polisitemia Vera tidak ada korelasi
trombositosis dengan trombosis.
4.
Basofilia
Lima
puluh persen kasus Polisitemia Vera datang dengan gatal (pruritus) di seluruh tubuh terutama setelah mandi air
panas, dan 10% kasus polisitemia vera
datang dengan urtikaria suatu keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar
histamin dalam darah sebagai akibat
meningkatnya basofilia.
Terjadinya gastritis dan perdarahan lambung terjadi karena peningkatan
kadar histamin.
5.
Splenomegali (pembesaran limpa)
Splenomegali
tercatat pada sekitar 75% pasien Polisitemia vera. Splenomegali ini terjadi
sebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
6.
Hepatomegali
Hepatomegali
dijumpai pada kira-kira 40% Polisitemia Vera. Sebagaimana halnya splenomegali,
hepatomegali juga merupakan akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis
ekstramedular.
7.
Gout
Sebagai
konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan splenomegali adalah sekuentrasi
sel darah makin cepat dan banyak dengan demikian produksi asam urat darah akan
meningkat. Di sisi lain laju fitrasi gromerular menurun karena penurunan shear
rate. Artritis Gout dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia .
8.
Defisiensi vitamin B12 dan asam folat
Laju
siklus sel darah yang tinggi dapat mengakibatkan defisiensi asam folat dan
vitamin B12. Hal ini dijumpai pada ± 30% kasus Polisitemis Vera karena
penggunaan untuk pembuatan sel darah,
sedangkan kapasitas protein tidak tersaturasi
pengikat vitamin B12 (Unsaturated B12 Binding Capacity) dijumpai meningkat >
75% kasus.
9.
Muka kemerah-merahan (Plethora)
Gambaran
pembuluh darah dikulit atau diselaput lendir,
konjungtiva hiperemis sebagai akibat peningkatan massa eritrosit.
10.
Keluhan lain yang tidak khas, seperti:
cepat lelah, sakit kepala, cepat lupa, vertigo, tinnitus, perasaan panas
11.
Manifestasi pendarahan (10-20 %), dapat
berupa epistaksis, ekimosis, perdarahan gastrointestinal menyerupai ulkus
peptikum. Perdarahan terjadi karena
peningkatan viskositas darah akan menyebabkan ruptur spontan pembuluh darah arteri. Pasien
Polisitemia Vera yang tidak diterapi
beresiko terjadinya perdarahan waktu operasi atau trauma.
Manifestasi
klinis polisitemia sekunder :
1.
Emfisema
2.
Hipertensi
3.
Hipoksemia
4. Kulit sianosis kemerahan
Manifestasi klinis polisitemia relatif / polisitemia spuria:
1. Penyakit kardiak/pulmonar
2.
Klaudikasi
3.
Diaforesis
4.
Pusing
5.
Dispnea
6.
Letih
7.
Sakit
kepala
8.
Tampilan
kemerahan
9.
Hipertensi
ringan
10. Kecenderungan mengalami hipovemtilasi
7. Pemeriksaan
Fisik
Sistim
Sirkulasi
Gejala:
·
riwayat kehilangan darah kronis
·
riwayat endokarditis infektif kronis
·
palpitasi
Tanda:
·
Tekanan darah : Peningkatan sistolik
dengan diastolic stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
·
Disritmia:abnormalitas EKG
missal:depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T jika terjadi takikardia
·
Denyut nadi: takikardi dan melebar
·
Ekstremitas : Warna pucat pada kulit dan
membran mukosa (konjongtiva,mulut, faring, bibir dan dasar kuku)
·
Sklera: Biru atau putih seperti mutiara.
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonstriksi kompensasi).
·
Kuku: Mudah patah
·
Rambut: Kering dan mudah putus.
Sistim
Neurosensori
Gejala:
·
Sakit
kepala,berdenyut,pusing,vertigo,tinnitus,ketidakmampuan berkosentrasi
·
imsomnia,penurunan penglihatan dan
adanya bayangan pada mata
·
kelemahan,keseimbangan buruk,kaki
goyah,parestesia tangan /kaki
·
sensasi menjadI dingin
Tanda:
·
Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis.
·
Mental: tak mampu berespon.
·
Oftalmik Hemoragis retina
·
Gangguan koordinasi.
Sistim
Pernafasan
Gejala:
·
napas pendek pada istirahat dan
meningkat pada aktivitas
Tanda:
·
Takipnea,ortopnea,Dispnoe
Sistim
Nutrisi
Gejala:
·
penurunana masukan diet,masukan protein
hewani rendah
·
nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan
menelan(ulkus pada faring)
·
mual muntah,dyspepsia,anoreksia
·
adanya penurunan berat badan
Tanda:
·
Lidah tampak merah daging
·
Membran mukosa kering dan pucat.
·
Turgor kulit buruk kering, hilang
elastisitas.
·
Stomatitis dan glositis.
·
Bibir: Selitis(inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah)
Sistim Aktivitas/ Istirahat
Gejala:
·
keletihan,kelemahan,malaise umum
·
kehilamgan produktivitas,penurunan
semangat untuk bekarja
·
toleransi terhadap latihan rendah
·
kebutuhan untuk istirahat dan tidur
lebih banyak
Tanda:
·
Takikardia/takipnea,dispnea pada bekerja
atau istirahat.
·
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan
kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan dan otot penurunan kekuatan Ataksia,tubuh tidak tegak.
Kelemahan dan otot penurunan kekuatan Ataksia,tubuh tidak tegak.
Sistim Keamanan dan Nyeri
Gejala:
·
riwayat pekarjaan yang terpapar terhadap
bahan kimia
·
riwayat kanker
·
tidak toleran terhadap panas dan dingin
·
transfusi darah sebelumnya
·
gangguan penglihatan
·
penyembuhan luka buruk
·
sakit kepala dan nyeri abdomen samar
Tanda:
·
Demam rendah, menggigil, dan berkeringat
malam.
·
Limfadenopati umum Petekie dan ekimosis.
·
Nyeri abdomen samar dan sakit kepala.
8. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1.
Eritrosit
Untuk menegakkan diagnosis polisitemia vera, peninggian
massa eritrosit haruslah didemonstrasikan pada saat perjalanan penyakit ini.
Pada hitung sel jumlah eritrosit dijumpai > 6 juta/mL, dan sediaan apus
eritrosit biasanya normokrom, normositik kecuali jika terdapat defisiensi besi.
Poikilositosis dan anisositosis menunjukkan adanya transisi ke arah metaplasia
meiloid di akhir perjalanan penyakit ini.
2.
Granulosit
Granulosit jumlahnya meningkat terjadi pada 2/3 kasus PV,
berkisar antara 12-25 ribu/mL tetap dapat sampai 60 ribu?mL. Pada dua pertiga
kasus ini juga terdapat basofilia.
3.
Trombosit
Jumlah trombosit biasanya berkisar antara 450-800
ribu/mL, bahkan dapat > 1 juta/mL. Sering didapatkan dengan morfologi
trombosit yang abnormal.
4.
B12
Serum
B12 serum dapat meningkat, hal ini dijumpai pada 35 %
kasus, tetapi dapat pula menurun, yaitu pada + 30% kasus, dan kadar UB12BC
meningkat pada > 75% kasus PV.
5.
Pemeriksaan
sumsum tulang
Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostik,
kecuali bila ada kecurigaan terhadap penyakit mieloproliferatif lainnya seperti
adanya sel blas dalam hitung jenis leukosit. Sitologi sumsum tulang menunjukkan
peningkatan selularitas normoblastik berupa hiperplasi trilinier seri
eritrosit, megakariosit, dan mielosit. Sedangkan dari gambaran histopatologi
sumsum tulang adanya bentuk morfologi megakariosit yang patologis/abnormal dan
sedikit fibrosis merupakan petanda patognomonik PV.
6.
Pemeriksaan
sitogenetik
Pada pasien PV yang belum mendapat pengobatan P53 atau
kemoterapi sitostatik dapat dijumpai kariotip 20q-,=8,+9,13q-,+1q. Variasi
abnormalitas sitogenetik dapat dijumpai selain bentuk tersebut di atas terutama
jika pasien telah mendapatkan pengobatan P53 atau kemoterapi sitostatik
sebelumnya.
9. Penatalaksanaan
Prinsip Pengobatan
a. Menurunkan
volume darah sampai ke tingkat normal
b. mengontrol
eritropoesis dengan fiebotomi.
c. Menghindari
perbedaan elektif
d. Menghindari
pengobatan berlebihan (over treatment)
e. Menghindari
obat yang mutagenik, teratogenik dan berefek sterilisasi pada penderita usia
muda
f. Mengontrol
panmielosis dengan dosis tertentu fosfor radioaktif.
g. Kemoterapi
pada penderita di atas 40 tahun bila didapatkan:
·
Trombositosis persisten di
atas800.000/mm3. Terutama jika disertai gejala-gejala trombositosis
·
Leukositosis progresif
·
Splenomegali yang sismtomatik atau
menimbulkan sitopenia problematic
·
Gejala sistemik yang tidak terkontrol
seperti pruritus yang sukar dikendalikan, penurunan berat badan atau
hiperurikosuria yang sulit diatasi.
Pengobatan Medis
a. Fiebotomi
Fiebotomi dapat
merupakan pengobatan yang adekuat bagi seorang penderita selama bertahun-tahun.
Tujuan prosedur tersebut ialah mempertahankan hematokrit antara 42-47% untuk
mencegah timbulnya hiperviskositas. Pada permulaan, 250-500 cc darah dapat
dikeluarkan dengan blood donor collection set standar setiap 2 hari. Pada
penderita dengan penyakit veskular aterosklerotik yang serius, fiebotomi hanya
boleh sebanyak 250 cc untuk mencegah timbulnya bahaya iskemia serebral.
Indikasi flebotomi terutama pada semua pasien pada permulaan penyakit dan
penderita masih dalam usia subur. Sekitar 200 mg besi dikeluarkan pada tiap 500
cc darah (normal total body iron kira-kira 5g). Defisiensi besi merupakan
tujuan pengobatan fiebotomi berulang. Gejala defisiensi seperti glositis,
keilosis, disfagia, dan astenia cepat hilangd engan pemberian besi.
b. Fosfor
Radiaktif
(p32) Pengobatan ini efektif, mudah dan relatif murah untuk penderita yang
tidak kooperatif atau dengan keadaan sosio-ekonomi yang tidak memungkinkan
untuk berobat secara teratur. P32 pertama kali diberikan dengan dosis sekitar
2-3 mCi/m2 secara intravena. Dosis kedua diberikan sekitar 10-12 minggu setelah
dosis pertama. Panmielosis dapat dikontrol dengan cara ini pada sekitar 80%
penderita untuk jangka waktu sekitar 1-2 bulan dan mungkin berakhir 2 tahun
atau lebih lama lagi. Sitopenia yang serius setelah pengobatan ini jarang
terjadi. Pasien diperiksa sekita 2-3 bulan sekali setelah keadaan stabil.
c. Kemoterapi
Obat
alkilasi, terutama Chlorambucil Melphalan dan Busulfan. Busulfan: induksi
0.05-0.01 mg/kg/hari oral, selama 4-6 minggu.
Hidroksiurea 15-25 mg/kg/hari oral, dalam dua dosis. Penderita dengan
pengobatan cara ini harus diperiksa lebih sering (sekitar dua sampai tiga
minggu sekali). Respons sangat pendek waktunya dans ering timbul mielosupresi
yang serius dan juga resiko lebih ebsar untuk menjadi leukemia akut.
d. Pengobatan
Suportif
Hiperurisemia
diobati dengan alopurinol 100-600 mg/hari oral pada penderita dengan penyakit
yang aktif. Pruritus dapat dikontrol dengan Siproheptadin 4-16 mg/hari atau
Kolestiramin 4 g 3 x sehari.
Terapi
Non Farmakologis
Sebagai
tambahan terapi, sejumlah langkah ini bisa dilakukan untuk membantu mengurangi atau mencegah timbulnya gejala
PV:
·
Berhenti merokok atau mengunyah tembakau
·
Menjaga keseimbangan aktivitas dan
istirahat
·
Hindari makanan kaya sodium atau garam.
Makanan jenis ini menyebabkan retensi cairan dan akan memperburuk gejala
·
Berolahraga teratur, pilih yang
intensitasnya sedang misalnya jalan kaki.Olahraga akan membanut meningkatkan
sirkulasi dan menjaga fungsi jantung.
·
Konsumsi makanan sehat seimbang untuk
menjaga berat badan tetap ideal.
·
Minum air putih
·
Sering bernafas dalam dan batuk. Nafas
dalam dan batuk dapat membantu menjaga saluran udara tetap terbuka dan mencegah
infeksi.
·
Mandi dengan air dingin, jika air hangat
akan membuat kulit gatal-gatal
·
Keringkan kulit segera setelah mandi
·
Jangan menggaruk kulit
·
Hindari bahan atau pakaian yang mudah
mengiritasi kulit, misalnya penggunaan busana yang ketat bisa menyebabkan
gatal-gatal di kulit.
·
Oleskan lotion untuk menjaga kelembaban
kulit
·
Lindungi tangan dan kaki dari cedera,
panas, udara dingin, serta tekanan
·
Jangan mengejan ketika buang air besar
·
Lakukan peregangan untuk dan pergelangan
kaki untuk mencegah terjadinya penggumpalan pada pembuluh di kaki
·
Periksa kaki secara teratur dan
konsultasikan ke dokter jika terdapat luka.
10. Komplikasi
ü Penggumpalan
darah
Kelebihan
sel darah merah bisa membuat darah lebih padat dari yang seharusnya. Darah yang
lebih padat ini lama-lama aka menyumbat aliran darah ke seluruh tubuh. Darah
yang bertambah padat dan penyumbatan pada aliran darah akan menimbulkan
penggumpalan darah. Penggumpalan darah ini bisa menjurus pada penyakit
kardiovaskular seperti serangan jantung. Bisa juga berujung pada stroke dan
masalah pada paru-paru.
ü Membesarnya
organ limpa (splenomegaly)
Fungsi
organ limpa adalah membantu tubuh melawan infeksi dan menyaring materi yang
tidak dibutuhkan tubuh seperti sel darah yang sudah mati atau
rusak.Meningkatnya sel darah merah akibat polisitemia vera membuat jumlah darah
ikut melonjak.Kondisi ini membuat limpa harus bekerja keras dari biasanya dan
menyebabkan bentuknya membesar. Jika limpa terus bertambah besar tidak
terkendali, organ ini harus di angkat.
ü Masalah
pada kulit
Polisitemia
vera juga bisa menimbulkan rasa gatal pada kulit, terutama setelah berendam
atau mandi air panas. Pasien bisa saja mengalami sensasi aneh atau perasaan
terbakar pada kulitnya, terutama kulit bagian lengan dan kaki. Ruam merah juga bisa
timbul terutama di wajah, telapak, atau cuping telinga.
ü Masalah
lainnya akibat kelebihan eritrosit.
Komplikasi
lainnya bisa meliputi peradangan pada bagian lambung, sendi dan menimbulkan
batu asam urat di organ ginjal.
Kelebihan
sel darah merah bisa berhubungan degnan komplikasi lainnya:
1. ulkus
gastrikum
2. batu
ginjal
bekuan
darah di dalam vena dan arteri yang bisa menyebabkan serangan jantung dan
stroke dan bisa menyumbat aliran darah ke lengan dan tungkai.
Kadang
polisitemia vera berkembang menjadi leukemia
ü Kelainan
darah lain
Dalam
beberapa kasus polisitemia vera menyebabkan penyakit lain yang berkaitan dengan
darah. Terutama bila sel darah lain sudah terpengaruh hingga turut mengacau
siklus dan jumlah darah dalam tubuh. Meski jarang terjadi, polisitemia juga
bisa mencetuskan kanker darah atau leukimia.
11. Prognosis
Polisitemia adalah penyakit kronis dan bila tanpa
pengobatan kelangsungan hidup penderita rata-rata 18 bulan. Dengan Plebotomi
kelangsungan hidup 13,9 tahun, dengan terapi 32 P kelangsungan hidup 11,8 tahun
dan 8,9 tahun pada penderita dengan terapi klorambusil.
Penyebab utama morbiditi dan mortaliti adalah:
1.
Trombosis,
dilaporkan pada 15-60 % pasien, tergantung pada pengendalian penyakit tersebut
dan 10-40 % penyebab utama kematian.
2.
Kompilkasi
perdarahan timbul 15-35 % pada pasien polisitemia vera dan 6-30% menyebabkan
kematian.
3.
Terdapat
3-10 % pasien Polisitemia vera berkembang menjadi mielofibrosis dan
pansitopenia.
4.
Polisitemia
Vera dapat berkembang menjadi leukemia akut dan sindrom mielodisplasia pada 1,5
% pasien dengan pengobatan hanya plebotomi.
Peningkatan resiko tranformasi 13,5 % dalam 5 tahun
dengan pengobatan Klorambusil dan 10,2 % dalam 6-10 tahun pada pasien dengan
terapi32 P. Terdapat juga 5,9 % dalam 15 tahun resiko terjadinya tranformasi
pada pasien dengan pengobatan Hidroksiurea. Insiden leukemia akut meningkat
pada pasien yang mendapat 32 P atau kemoterapi dengan Khlorambusi.
12. Diagnosa
Banding
- Leukemia myeloid kronik atau
leukemia granulositik kronik
- Talasemia
- Sianosis sentral
- Hemoglobinopati
- Hipoksia
13. Pengetahuan
unttuk Pasien dan Keluarga
Polisitemia
merupakan salah satu tipe dari gangguan myeloproliferatif, dimana terjadi
peningkatan kadar sel darah merah di dalam tubuh. Akibat dari kondisi itu,
darah bisa memadat kemudian menggumpal dan menyumbat pembuluh arteri. Tujuan
dilakukannya penatalaksanaan pada penderita polisitemia ini agar dapat
menurunkan kekentalan darah yang tinggi.
Pasien
Polisitemia kebanyakan harus menjalani perawatan dalam jangka lama, untuk
menurunkan jumlah sel darah merah dan mencegah komplikasi. Untuk pnegetahuan
yang harus diketahui oleh keluarga terkait dengan penyakit polisitemia adalah:
·
Beri pengetahuan pada keluarga untuk
memahami perubahan yang ada pada pasien.
·
Mengingatkan pasien terhadap hal-hal
yang menjadi tindakan non medis
·
Memberikan nutrisi yang sesuai untuk
mengurangi gejala dan tanda.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner
and Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC. 2002
Doengoes,
Marilynn, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih Bahasa : I Made Kariasa dan Ni
Made S. Jakarta: EGC.2000
Dochterman,
Bulecheck. 2004. Nursing Intervention
Classification. United States of America : Mosby.
Shinton,N.K.,1998.CRG Desk Reference for
Hematology.United kingdom : Universitas Warwick
Guyton,
Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Moorhead
S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing
Outcomes Classification. United States of America : Mosby
North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PenilaianHasilPemeriksaan.pdf/10_PenilaianHasilPemeriksaan.html (diakses pada 30 April 2012)
Price
A. Sylvia dan Wilson M.Lorraine.patofisiologi,ed.6:Jakarta:EGC,2000