LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA PASIEN TERAPI HEMODIALISIS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi / Pengertian
Dialisis adalah proses yang
menggantikan secara fungsional pada gangguan fungsi ginjal dengan membuang
kelebihan cairan dan akumulasi toksin endogen atau eksogen. Dialisis paling
sering digunakan untuk pasien dengan penyakit ginjal akut atau kronis (tahap akhir).
(Doenges, 2000)
2. Epidemiologi / Insiden Kasus
Dialisis di Indonesia di mulai
pada tahun 1970 sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak rumah sakit
rujukan. Diperkirakan telah lebih dari 100.000 pasien yang akhir – akhir ini
menjalani dialisis.
3. Indikasi Tindakan
Pada umumnya indikasi dialisis
pada GGK alah bila laju filtrasi glomerulus (LFG sudah kurang dari 5mL/menit,
yang di dalam praktek dianggap demikian bila (TKK) < 5mL/menit. Keadaan
pasien yang hanya mempunyai TKK < 5mL/menit tidak selalu sama, sehingga
dialisis dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai salah satu hal berikut :
-
Keadaan
umum buruk dan gejala klinis nyata
-
K
serum > 6 mEq/L
-
Ureum
darah > 200mg/dL
-
pH
darah < 7,1
-
Anuria
berkepanjangan (>5 hari)
-
Fluid
overload
4. Konsep Fisiologi Tindakan Atau Alat /
Pengaruh Terhadap Tubuh
A. Konsep Fisiologi
Tindakan
Dialisis adalah suatu proses
dimana komposisi zat terlarut dari satu larutan diubah menjadi larutan lain
melalui membran semipermiabel. Molekul- molekul air dan zat-zat terlarut dengan
berat molekul rendah dalam kedua larutan dapat melewati pori-pori membran dan
bercampur sementara molekul zat terlarut yang lebih besar tidak dapat melewati
barier membran semipermiabel. Proses penggeseran (eliminasi) zat-zat terlarut
(toksin uremia) dan air melalui membran semipermiabel atau dializer berhubungan
dengan proses difusi dan ultrafiltrasi (konveksi).
a. Proses Difusi
Proses difusi adalah proses
pergerakan spontan dan pasif zat terlarut. Molekul zat terlarut dari
kompartemen darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap saat bila
molekul zat terlarut dapat melewati membran semipermiabel demikian juga
sebaliknya.
b. Proses Ultrafiltrasi
Proses ultrafiltrasi adalah
proses pergeseran zat terlarut dan pelarut secara simultan dari kompartemen
darah kedalam kompartemen dialisat melalui membran semipermiabel. Proses
ultrafiltrasi ini terdiri dari ultrafiltrasi hidrostatik dan osmotik.
1) Ultrafiltrasi hidrostatik
-
Transmembrane
pressure (TMP)
TMP adalah perbedaan tekanan
antara kompartemen darah dan kompartemen dialisat melalui membran. Air dan zat
terlarut didalamnya berpindah dari darah ke dialisat melalui membran
semipermiabel adalah akibat perbedaan tekanan hidrostatik antara kompertemen
darah dan kompartemen dialisat. Kecepatan ultrafiltrasi tergantung pada
perbedaan tekanan yang melewati membran.
-
Koefisien
ultrafiltrasi (KUf)
Besarnya permeabilitas membran
dializer terhadap air bervariasi tergantung besarnya pori dan ukuran membran.
KUf adalah jumlah cairan (ml/jam) yang berpindah melewati membran per mmHg
perbedaan tekanan (pressure gradient) atau perbedaan TMP yang melewati membran.
2) Ultrafiltrasi osmotik
Dimisalkan ada 2 larutan “A”
dan “B” dipisahkan oleh membran semipermiabel, bila larutan “B” mengandung
lebih banyak jumlah partikel dibanding “A” maka konsentrasi air dilarutan “B”
lebih kecil dibanding konsentrasi larutan “A”. Dengan demikian air akan
berpindah dari “A” ke “B” melalui membran dan sekaligus akan membawa zat -zat
terlarut didalamnya yang berukuran kecil dan permiabel terhadap membran,
akhirnya konsentrasi zat terlarut pada kedua bagian menjadi sama.
B. Hal-hal Yang Perlu
Diperhatikan
•
UF
Goal / UFR
•
Metoda
Heparin
•
Lokasi
& type AV
•
Blood
flow rate & lama HD
•
Type
& luas permukaan dialiser
•
Komposisi
cairan dialisat
C. Peralatan / Pengaruh
Terhadap Tubuh
a. Hemodialisis
Peralatan untuk terapi HD
terdiri dari dializer, water treatment, larutan dialisat (konsentrat) serta
mesin HD dengan sistem monitor.
(1) Dializer
Dializer adalah tempat dimana
proses HD berlangsung sehingga terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam
darah dan dialisat. Material membran dializer dapat terbuat dari Sellulose,
Sellulose yang disubstitusi, Cellulosynthetic, Synthetic. Spesifikasi dializer
yang dinyatakan dengan Koeffisient ultrafiltrasi (Kuf) disebut juga dengan
permiabilitas air. Besarnya permeabilitas membran dializer terhadap air
bervariasi tergantung besarnya pori dan ukuran membran. KUf adalah jumlah
cairan (ml/jam) yang berpindah melewati membran per mmHg perbedaan tekanan
(pressure gradient) atau perbedaan TMP yang melewati membran. Dializer ada yang
memiliki high efficiency atau high flux. Dializer high efificiency adalah
dializer yang mempunyai luas permukaan membran yang besar. Dializer high flux
adalah dializer yang mempunyai pori-pori besar yang dapat melewatkan. Molekul
yang lebih besar, dan mempunyai permiabilitas terhadap air yang tinggi. Ada 3
tipe dializer yang siap pakai, steril dan bersifat disposibel yaitu bentuk
hollow-fiber (capillary) dializer, parallel flat dializer dan coil dializer.
Setiap dializer mempunyai karakteristik tersendiri untuk menjamin efektifitas
proses eliminasi dan menjaga keselamatan penderita. Yang banyak beredar
dipasaran adalah bentuk hollowfiber dengan membran selulosa.
(2) Water Treatment
Air yang dipergunakan untuk
persiapan larutan dialisat haruslah air yang telah mengalami pengolahan. Air
keran tidak boleh digunakan langsung untuk persiapan larutan dialisat, karena
masih banyak mengandung zat organik dan mineral. Air keran ini akan diolah oleh
water treatment sistim bertahap.
(3) Larutan Dialisat
§ Dialisat Asetat
Dialisat asetat telah dipakai
secara luas sebagai dialisat standard untuk mengoreksi asidosis uremikum dan
untuk mengimbangi kehilangan bikarbonat secara difusi selama HD. Dialisat asetat
tersedia dalam bentuk konsentrat yang cair dan relatif stabil. Dibandingkan
dengan dialisat bikarbonat, maka dialisat asetat harganya lebih murah tetapi
efek sampingnya lebih banyak. Efek samping yang sering seperti mual, muntah,
kepala sakit, otot kejang, hipotensi, gangguan hemodinamik, hipoksemia, koreksi
asidosis menjadi terganggu, intoleransi glukosa, meningkatkan pelepasan
sitokin. Adapun komposisi dialisat asetat dan bikarbonat adalah sebagai
berikut:
§ Dialisat Bikarbonat
Dialisat bikarbonat terdiri
dari 2 komponen konsentrat yaitu larutan asam dan larutan bikarbonat. Kalsium
dan magnesium tidak termasuk dalam konsentrat bikarbonat oleh karena
konsentrasi yang tinggi dari kalsium, magnesium dan bikarbonat dapat membentuk kalsium
dan magnesium karbonat. Larutan bikarbonat sangat mudah terkontaminasi mikroba
karena konsentratnya merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Kontaminasi ini dapat diminimalisir dengan waktu penyimpanan yang singkat.
Konsentrasi bikarbonat yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan
alkalosis metabolik yang akut. Namun dialisat bikarbonat bersifat lebih
fisiologis walaupun relatif tidak stabil. Biaya untuk sekali HD bila
menggunakan dialisat bikarbonat relatif lebih mahal dibanding dengan dialisat
asetat.
(4) Mesin hemodialisis
Mesin HD terdiri dari pompa
darah, sistem pengaturan larutan dialisat dan sistem monitor. Pompa darah
berfungsi untuk mengalirkan darah dari tempat tusukan vaskuler kepada dializer.
Kecepatan dapat diatur biasanya antara 200-300 ml per,33 - 8,33 menit. Untuk
pengendalian ultrafiltrasi diperlukan tekanan negatif. Lokasi pompa darah
biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan monitor larutan dialisat.
Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-390 C sebelum dialirkan kepada
dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu rendah ataupun melebihi suhu tubuh
dapat menimbulkan komplikasi. Sistem monitoring setiap mesin HD sangat penting
untuk menjamin efektifitas proses dialisis dan keselamatan penderita.
(5) Tusukan Vaskuler
Tusukan vaskuler (blood
access) merupakan salah satu aspek teknik untuk program HD akut maupun kronik.
Tusukan vaskuler merupakan tempat keluarnya darah dari tubuh penderita menuju
dializer dan selanjutnya kembali lagi ketubuh penderita. Untuk melakukan
dialisis intermiten jangka panjang, maka perlu ada jalan masuk ke sistem
vaskular penderita yang dapat di andalkan. Darah harus dapat keluar dan masuk
tubuh penderita dengan kecepatan 200-400 ml/menit. Teknik-teknik akses vaskuler
utama untuk hemodialisis dibedakan menjadi akses eksternal dan akses internal
(Price, 1995).
a) Akses Internal (Permanen)
§
Arterio-Venous
Fistula (AVF).
AVF di buat dengan teknik bedah melalui
anastomosis langsung dari suatu arteri dengan vena (biasanya arteri radialis
dan vena sefalika pergelangan tangan) pada tangan yang non dominant. Darah
pirau dari arteri ke vana membesar setelah beberapa minggu. Pungsi vena dengan
jarum yang besar akan lebih mudah di lakukan dan mencapai aliran darah pada
tekanan arterial. Hubungan ke sistem dialisis di buat dengann menempatkan satu
jarum di distal (garis arteri) dan sebuah jarum lagi di proksimal (garis vena)
pada vena yang sudah di arterialisasi tersebut. Masalah yang paling utam adalah
rasa nyeri pada pungsi vena, terbentuknya aneurisma, trombosis, kesulitan
hemostasis postdialisis, dan iskemia pada tangan (steal syndrome) (Price,
1995).
§
Arterio-Venous
Graft (AVG).
Di ciptakan dengan menempatkan ujung kanula dari
teflon dalam arteri (biasanya arteri radialis atau tibialis posterior) dan
sebuah vena yang berdekatan. Ujung-ujung kanula kemudian dihubungkan dengan
selang karet silikon dan suatu sambungan teflon yang melengkapi pirau. Pada
waktu di lakukan dialisis, maka selang pirau eksternal di pisahkan dan di buat
hubungan dengan dialyzer. Darah kemudian mengalir dari jalur arteri, melalui
dialyzer dan kemudian kembali ke vena. Masalah utama adalah masa pemakaian yang
pendek akibat pembekuan dan infeksi (rata-rata 9 bulan).
b) Akses eksternal atau kateter
§
Kateter
vena subklavia
§
Kateter
vena jugularis
§
Kateter
vena femoralis
Kateter adalah suatu pipa berlubang yang
dimasukkan kedalamvena subklavia, jugularis, atau vena femoralis yang memiliki
akses langsung menuju jantung katetr ini merupakan akses vaskular sementara.
akses ini digunakan jika akses internal tidak dapat digunakan untuk pengobatan,
dan pasien membutuhkan dialisis darurat. Internal AVF and AFG lebih di pilih
untuk di gunakan dari pada kateter karena AVF dan AVG menurunkan kemungkinan
infeksi, yang sangat penting bagi pasien yang menjalani terapi hemodialisis
yang memiliki daya imun rendah (Kidney Dialysis Foundation, 2004).
b. Dialisa Peritoneal
Tidak jauh berbeda dengan HD,
dialisis peritoneal (DP) juga menggunakan kateter namun yang dipakai adalah Stylet
Catheter (kateter peritoneum) untuk dipasang pada abdomen masuk dalam kavum
peritoneum sehingga ujung kateter terletak dalam kavum Douglasi.
Cairan dialisat yang digunakan
mengandung elektrolit dengan kadar seperti pada plasma darah normal.
Elektrolit
|
Meq/L
|
Tek Osmosis (mOsm/L)
|
Na+
|
140,0
|
140,0
|
Ca++
|
4,0
|
2,0
|
Mg++
|
1,5
|
0,8
|
Cl-
|
102,0
|
102,0
|
Laktat
|
43,5
|
83,3
|
Glukosa
|
15,0 gr/L
|
|
291,0 Meq/L
|
371,6 mOsm/L
|
|
|
|
5. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi
|
Penyebab
|
Demam
|
§ Bakteri atau zat penyebab demam (pirogen)
di dalam darah
§ Dialisat terlalu panas
|
Reaksi anafilaksis yang berakibat fatal
(anafilaksis)
|
§ Alergi terhadap zat di dalam mesin
§ Tekanan darah rendah
|
Tekanan darah rendah
|
Terlalu banyak cairan yang dibuang
|
Gangguan irama jantung
|
Kadar kalium & zat lainnya yang abnormal
dalam darah
|
Emboli udara
|
Udara memasuki darah di dalam mesin
|
Perdarahan usus, otak, mata atau perut
|
Penggunaan heparin di dalam mesin untuk mencegah
pembekuan
|
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
·
Data
Subyektif
Keluhan lelah, malaise,
riwayat HT lama, penurunan frekuensi urin/oliguri, penurunan nafsu makan, mual,
sakit kepala, penglihatan kabur, sesak, kulit gatal, cemas
·
Data
Obyektif
Kelemahan otot, turgor kulit
menurun, mukosa kering, hipo/hipertensi, nadi lemah, kulit pucat, perubahan
warna urin/kuning pekat, ascites, edema, penurunan kekuatan otot, rambut tipis,
kulit kering, ekimosis
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a.
Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi mengenai prosedur HD
b.
Risiko
infeksi berhubungan dengan akses langsung pada aliran darah sekunder akibat
akses vaskular
c.
Mual
berhubungan dengan gangguan biokimia (uremia)
d.
Risiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan ultrafiltrasi, pembatasan cairan
e.
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan pemasukan aliran dgn cepat selama dialisa
f.
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan GI (uremia),
pembatasan diet, hilangnya protein selama dialisis
g.
PK:
Hipertensi/Hipotensi
h.
PK:
Hemoragi
i.
PK:
Ketidakseimbangan Elektrolit
3. Perencanaan
a.
Dx : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
pajanan informasi mengenai prosedur HD
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x
20 menit diharapkan tingkat pengetahuan pasien meningkat
Kriteria
hasil :
·
Pasien
mampu menjelaskan secara benar pengertian, tujuan, prosedur, indikasi, dan efek
samping dilakukan HD
·
Pasien
tampak tidak bertanya-tanya
·
Pasien
tampak kooperatif
Intervensi
:
(1)
Kaji
tingkat pengetahuan klien tentang tindakan yang akan diberikan
R/ Mempermudah dalam pemberian tindakan keperawatan
(2)
Dorong
dan berikan kesempatan untuk bertanya
R/ Meningkatkan proses belajar, meningkatkan pengambilan
keputusan, dan menurunkan ansietas
(3)
Beikan
informasi kepada pasien/orang terdekat tentang HD yang meliputi :
a)
Pengertian
HD
b)
Tujuan
HD
c)
Prosedur
HD
d)
Indikasi
HD
e)
Efek
samping selama dan sesudah dilakukan HD
R/ Memberikan dasar pengetahuan kepada pasien sehingga
pasien dapat memperoleh informasi untuk mengurangi ansietas, menghindari
terjadinya kontaminasi serta menurunkan risiko infeksi, pasien dapat
mengevaluasi efek terapi/kebutuhan, mendukung upaya perawatan diri
b.
Dx : Risiko infeksi berhubungan dengan akses langsung
pada aliran darah sekunder akibat akses vaskular
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x 2 jam diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
Kriteria
hasil :
·
Suhu
tubuh pasien normal (36,5-37,5˚C)
·
Tidak
teraba panas, tidak terdapat kemerahan, bengkak, dan terasa nyeri pada akses
vaskular
·
WBC
dalam batas normal (4, 5 – 10, 9 10e 3/µL)
Intervensi
:
Mandiri
(1)
Ukur
tanda-tanda vital
R/ peningkatan suhu tubuh sebagai manifestasi awal
terjadinya reaksi infeksi
(2)
Lakukan
teknik aseptik dan gunakan masker selama pemasangan kateter, ganti balutan dan
kapan pun sistem dibuka. Ganti selang
sesuai indikasi.
R/ mencegah introduksi organisme dan kontaminasi lewat
udara yang dapat menyebabkan infeksi.
(3)
Ganti
balutan sesuai indikasi dengan hati- hati tidak mengubah posisi kateter.
Perhatikan kateter,warna,bau,drainase dari sekitar sisi pemasangan.
R/ lingkungan yang lembab meningkatkan pertumbuhan
bakteri.
Kolaborasi:
(4)
Awasi
jumlah WBC dari keluaran
R/ adanya peningkatan WBC pada awal dapat menunjukkan
respon normal terhadap substansi asing; namun berlanjutnya peningkatan diduga
terjadinya infeksi.
(5)
Ambil
spesimen darah, keluaran cairan, dan/atau drainase dari sisi pemasangan sesuai
indikasi untuk kultur/sensitivitas.
R/ mengidentifikasi tipe organisme.
(6)
Awasi
klirens ginjal /BUN,kreatinin
R/ antibiotik dan dosis pilihan akan dipengaruhi oleh
fungsi ginjal.
(7)
Berikan
antibiotik secara sistemik atau dalam dialisat sesuai indikasi.
R/ mengatasi infeksi, mencegah sepsis.
c.
Dx : Mual berhubungan dengan gangguan biokimia (uremia)
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam diharapkan pasien tidak
mengalami mual dan muntah.
Kriteria hasil:
·
Pasien
tidak melaporkan adanya rasa mual atau sakit pada perut
·
Tidak
ada tanta-tanda peningkatan saliva (meludah / menelan)
·
Pasien
tidak melaporkan adanya rasa asam di mulut
·
Pasien
menunjukkan kemauan untuk makan
Intervensi:
Mandiri :
(1)
Jauhkan
pasien dari benda-benda yang berbau tajam, yang dapat merangsang mual dan
muntah.
R/ benda yang berbau dapat merangsang mual dan muntah
(2)
Dorong
pasien tirah baring dan/atau pembatasan aktivitas
R/ menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah
penurunan kalori
(3)
Anjurkan
pasien untuk memakan manisan
R/ mengurangi rasa asam di mulut
(4)
Berikan
lingkungan yang nyaman, ventilasi yang cukup
R/ lingkungan yang nyaman dapat menurunkan stres
(5)
Beri
pilihan makanan yang disukai pasien sesuai indikasi diit yang dianjurkan.
R/ makanan yang disukai akan merangsang pasien untuk
makan
(6)
Sediakan
makanan/minuman dalam keadaan hangat
R/ makanan dan minuman dalam keadaan hangat akan
merangsang nafsu makan dan mengurangi rasa mual
Kolaborasi :
(7)
Berikan
obat antiemetik (antimual), ex: ondansentron
R/ untuk mengurangi mual
d.
Dx : Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ultrafiltrasi, pembatasan cairan
Tujuan : Setelah diberikan
asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam diharapkan volume cairan normal
Kriteria Hasil:
·
TTV
normal (Nadi= 60-100 x/menit, TD= 120/80-140/100 mmHg)
·
BB
sesuai dengan umur
·
Turgor
kulit elastis < 2 detik
·
Mukosa
lembab
·
Tidak
ada perdarahan
Intervensi:
Mandiri
(1) Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik bila
tersedia selama dialisa
R/ Hipotensi, takikardia, penurunan tekanan
hemodinamik menunjukkan kekurangan cairan
(2) Timbang tiap hari sebelum/sesudah dialisa
dilakukan
R/ Penurunan berat badan waktu pengukuran
dengan tepat adalah pengukuran ultrafiltrasi dan pembuangan cairan
(3) Inspeksi membran mukosa dan evaluasi turgor
kulit
R/ Membran mukosa kering, turgor kulit buruk
adalah indikator dari dehidrasi dan membutuhkan peningkatan pemasukan dalam
kekuatan dialisis.
(4) Kaji adanya perdarahan terus menerus atau
perdarahan besar pada sisi akses, membran mukosa, insisi/luka.
Hematemesis/guaiak feses, drainase gaster
R/ Heparinisasi sistemik selama dialisa
meningkatkan waktu pembekuan dan menempatkan pasien pada risiko perdarahan,
khususnya selama 4 jam pertama setelah prosedur
(5) Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran.
Lakukan ini tiap hari
R/ Membantu mengevaluasi status cairan,
khususnya bila dibandingkan dengan berat badan. Catatan: Haluaran urine adalah evaluasi tidak akurat dari fungsi
ginjal pada pasien dialisa. Beberapa orang menunjukkan haluaran urine dengan
sedikit klirens toksin ginjal, yang lain menunjukkan oliguria atau anuria
(6) Tempatkan pasien pada posisi
telentang/Trandelenburg sesuai kebutuhan
R/ Memaksimalkan aliran balik vena bila
terjadi hipotensi
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi:
(7) Hb/Ht
R/ Menurun karena anemia, hemodilusi, atau
kehilangan darah aktual
(8) Elektrolit serum dan Ph
R/ Ketidak seimbangan dapat memerlukan
perubahan dalam cairan dialisa atau tambahan pengganti untuk mencapai
keseimbangan
(9) Waktu pembekuan, contoh ACT.PT/PTT, dan
jumlah trombosit
R/ Penggunaan Heparin untuk mencegah
pembekuan pada aliran darah dan hemofilter mengubah koagulasi dan potensial
perdarahan aktif
(10) Berikan cairan IV (contoh garam faal)/volume
ekspander (contoh albumin) selama dialisa sesuai indikasi
R/ Cairan garam faal/dekstrosa, elektrolit,
dan NaHCO3 mungkin diinfuskan dalam sisi vena hemovolter CAF, bila
kecepatan uktrafiltraso tinggi digunakan untuk membuang cairan ektraselular dan
cairan toksik. Volume ekstapander mungkin dibutuhkan selama atau setelah
hemodialisa bila terjadi hipotensi tiba-tiba atau nyata
e.
Dx : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan pemasukan
aliran dgn cepat selama dialisa
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1
x 2 jam diharapkan volume cairan normal
Kriteria
hasil :
·
TTV
normal (Nadi= 60-100 x/menit, TD= 120/80-140/100 mmHg)
·
Tidak
terjadi edema
·
Kadar
Natrium dalam batas normal ( 135 –
145 mEq/L)
·
Turgor
kulit baik
·
Tidak
terjadi dispneu
Intervensi
:
Mandiri
(1)
Awasi
tekanan darah dan nadi, perhatikan hipertensi, nadi kuat, edema perifer
R/ Peninggian
menunjukkan hipervolemia. Kelebihan cairan berpotensi gagal jantung
kongestif/edema paru
(2) Inspeksi membran mukosa dan evaluasi turgor
kulit
R/ Membran mukosa kering, turgor kulit buruk adalah
indikator dari dehidrasi dan membutuhkan peningkatan pemasukan dalam kekuatan
dialisis.
Kolaborasi
(3)
Perubahan
program dialisat sesuai indikasi
R/ Perubahan mungkin diperlukan dalam konsentrasi glukosa
dan natrium untuk memudahkan efisiensi dialisis.
(4)
Awasi
natrium serum
R/ Hipernatremia dapat terjadi meskipun kadar serum dapat
menunjukkan efek pengenceran dari kelebihan volume cairan.
(5)
Pertahankan
pembatasan cairan sesuai indikasi
R/ Pembatasan cairan
dapat menurunkan kelebihan volume cairan
f.
Dx
: Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan GI (uremia),
pembatasan diet, hilangnya protein selama dialisis
Tujuan : Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 2 jam
diharapkan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
·
BB
mengalami peningkatan
·
Tidak
adanya mual muntah
·
Pasien
mengatakan nafsu makan bertambah
·
Pasien
tidak mengalami kesulitan menelan
Intervensi :
Mandiri
(1)
Awasi
konsumsi makanan/cairan dan hitung masukan kalori per hari
R/ mengidentifikasi kekurangan nutrisi/kebutuhan terapi
(2)
Anjurkan
pasien mempertahankan masukan makanan harian, termasuk perkiraan jumlah
konsumsi elekrolit (natrium, kalium, klorida, magnesium), dan protein
R/ membantu pasien untuk menyadari “gambaran besar” dan
memungkinkan kesempatan untuk mengubah pilihan diet untuk memenuhi keinginan
individu dalam pembatasan yang diidentifikasi
(3)
Perhatikan
adanya mual-muntah
R/ gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang
dapat mengubah/menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
(4)
Kaji
kemampuan untuk mengunyah,merasakan, dan menelan
R/ Lesi mulut, dan proses dialisis dapat menyebabkan
disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi
keinginan untuk makan.
(5)
Timbang
BB sesuai kebutuhan. Evaluasi BB dalam hal adanya BB yang tidak sesuai. Gunakan
serangkaian pengukuran BB dan antropometrik.
R/ Indikator pemenuhan nutrisi / pemasukan yang adekuat.
(6)
Berikan
makan sedikit dan frekuensi sering. Jadwalkan makan sesuai dengan kebutuhan
dialisis
R/ Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan. Tipe
dialysis mempengaruhi pola makan, contoh pasien dengan hemodialisa mungkin
tidak makan sebelum/selama prosedur,, karena ini dapat mengubah pembuangan
cairan
Kolaborasi
(7)
Rujuk
ke ahli gizi
R/ berguna untuk program diet individu untuk memenuhi
kebutuhan budaya/pola hidup meningkatkan kerjasama pasien.
(8)
Berikan
diet tinggi karbohidrat yang meliputi jumlah protein kualitas tinggi dan asam
amino essential dengan pembatasan natrium/kalium sesuai indikasi
R/ memberikan nutrien cukup untuk memperbaiki energy,
mencegah penggunaan otot, meningkatkan regenerasi jaringan/penyembuhan dan
keseimbangan elektrolit
(9)
Berikan
multivitamin termasuk asam askorbat, asam folat, vitamin D, dan tambahan esi
sesuai indikasi
R/ menggantikan kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia
atau selam dialisis
(10)
Berikan
tambahan parenteral sesuai indikasi
R/ hiperalimentasi mungkin diperlukan untuk meningkatkan
regenerasi tubulus ginjal/perbaikan proses penyakit dasar dan untuk memberikan
nutrient bila makan per oral atau enteral dikontraindikasikan
(11)
Awasi
kadar protein/albumin serum
R/ indikator kebutuhan protein
(12)
Berikan
antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)
R/ menurunkan stimulasi pada pusat muntah
(13)
Masukkan/pertahankan
selang nasogastrik sesuai indikasi
R/ untuk mempertahan intake nutrisi yang adekuat bila terjadi
muntah menetap
g.
Dx
PK: Hipertensi/Hipotensi
Tujuan : Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1
x 2 jam diharapkan perawat dapat meminimalkan
komplikasi dari hipertensi/hipotensi
Kriteria hasil :
·
TTV
dalam batas normal :
·
TD =
110-140/70-90 mmHG
·
Nadi
= 60-100 x/mnt
·
RR =
16-24 x/mnt
·
Klien
melaporkan tidak mengeluh pusing
Intervensi
(1)
Pantau
tekanan darah dan bandingkan serta laporkan hasilnya dengan yang diambil
sebelumnya
R/ Mengetahui perubahan status tekanan darah sehingga dapat
mengetahui apakah ada tanda terjadinya syok
(2)
Jamin
klien mendapat sebanyak mungkin istirahat tanpa gangguan
R/ Istirahat adekuat meningkatkan relaksasi dan mungkin
membantu menurunkan hipertensi dan menurunkan risiko terjadinya kejang
(3)
-
Kolaborasi pemberian obat antihipertensi
R/ Medikasi antihipertensi berperan penting dalam penanganan
hipertensi yang berhungan dengan gagal ginjal akut
(4)
Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam penentuan diet
makanan
R/ makanan tertentu mampu meningkatkan tekanan darah
h.
Dx
PK: Hemoragi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x
2 jam diharapkan perawat dapat meminimalisir komplikasi dari perdarahan
Kriteria hasil :
·
Tanda-tanda
perdarahan (-)
·
TTV
normal ( N = 60-100 x/menit, TD = 110-140/70-90 mmHg, S = 36,5-37,50 c, dan RR
= 16-24 x/menit)
·
Sianosis
(-)
·
CRT
< 2 detik
·
Akral
hangat
·
Konjungtiva
tidak anemis
·
Hb
dalam batas normal
Intervensi:
(1)
Pantau
TTV dan laporkan
R/ mengidentifikasi kondisi pasien
(2)
Pantau
tanda-tanda perdarahan dan laporkan
R/ mengidentifikasi adanya perdarahan, membantu dalam
pemberian intervensi yang tepat
(3)
Pantau
tanda-tanda perubahan sirkulasi kejaringan perifer (CRT dan sianosis) dan
laporkan
R/ mengetahui keadekuatan aliran darah
(4)
Pantau
hemoglobin, hematokrit, jumlah sel darah merah, trombosit, PT, PTT, dan nilai
BUN
R/ Nilai laboratorium ini menggambarkan keefektifan
pengobatan
(5)
Pemberian
obat antikoagulan
R/ Berfungsi untuk proses pembekuan darah sehinggan
perdarahan dapat diatasi
(6)
Siapkan
pasien untuk transfusi sesuai indikasi
R/ Untuk menanggulangi daripada perdarahan yang terjadi dan
menghindari terjadinya syok hipovolemik serta anemia
i.
Dx
PK: Ketidakseimbangan Elektrolit
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x
2 jam diharapkan perawat dapat mengurangi episodic ketidakseimbangan elektrolit
Kriteria hasil :
·
Kadar
kalium ( 3,40-4,80 mmol/L)
·
Kadar
natrium (135,00-147,00 mmol/L)
Intervensi :
Hiperkalemia
(1)
Pantau
tanda dan gejala hiperkalemia (lemah sampai paralisis flaksid,otot-otot peka
rangsang,parestesia,mual,kram abdomen atau diare ,oliguria,perubahan EKG)
R/ Hiperkalemia dapat diakibatkan oleh penuruna kemampuan
ginjal dalam mengeksresikan kalium atau pemasukan kalium yang berlebihan
.Asidosis menyebabkan peningkatan pelepasan kalium dari sel .Nilai kalium yang
berfluktuasi akan berakibat pada transmisi neurmuskuler dan menyebabkan irama
jantung yang tidak teratur serta menurunkan kerja otot –otot polos saluran
pencernaan
(2)
Batasi
makanan dan cairan yang kadar kaliumnya tinggi serta batasi airan IV dengan
kalium
R/ Kadar kalium yang tinggi membutuhkan penrunan masukan
cairan
(3)
Lakukan
latihan rentang gerak pada ektremitas
R/ Dengan rentang gerak meningkatkan kekuatan otot dan
mengurangi kram
(4)
Berikan
obat-obatan untuk menurunkan nilai kalium serum sesuai dengan program dokter
atau protocol (Kalsium IV,Natriun bikarbonat, dan resin penukar kation
(kayexalate,hemodialisis)
R/ untuk memblok efek pada otot-otot jantung,untuk
menekan kembali kalium ke dalam sel,untuk memaksa eskresi kalium.
Hipokalemia
(1)
Pantau
tanda dan gejala hipokalemia( kelemahan ,reflex tendon dalam hilang atau
menurun,hipoventilasi,perubahan tingkat kesadaran,poiuria,hipotensi,ileus
paralitik,perubahan EKG: ada gelombang U,gelombang T datar atau menurun
,ketidakseimbangan irama,dan interval QT yang memanjang.,mual ,munta,anoreksia)
R/ hipokalemia disebabkan oleh kehilangan kalium yang
berhubungan dengan mual,muntah,diare,atau pengobatan diuretic atau dari masukan
kalium yang tidak adekuat.
(2)
Dorong
klien untuk meningkatkan masukan makanan yang kaya akan kalium
R/ peningkatan masukan kalium dalam makanan sehari-hari
membantu dalam penggantian kalium
(3)
Jika
pengobatan kalium diberikan secara parenteral ( selalu harus diencerkan ), pada
dewasa tidak boleh lebih dari 20 mEq /jam.Pantau nilai kalium serum selama
pengobatan.
R/ kadar berlebihan dapat menyebabkan disritmia jantung
(4)
Observasi
sisi IV terhadap infiltrasi
R/ Kalium sangat tajam terhadap jaringan
Hiponatremia
(1)
Pantau
tanda dan gejala dari hiponatremia ( dampak terhadap SSP bervariasi dari segi
letargi sampai koma sakit kepala,kelemahan,nyeri abdomen,otot-otot kedutan atau
kejang,mal,muntah,diare)
R/ Hiponatremia disebabkan oleh kehilangan natrium melalaui muntah, diare, atau
pengobatan dengan diuretic,pemasukan cairan yang berlebihan,atau pemasukan
natrium yang tidak mencukupi pada diet sehari-hari .edema seluler disebabkan
oleh osmosis,menyebabkan edema otak,kelemahan otot serta kram.
(2)
Untuk
klien yang mengalami hiponatremi ,berikan cairan natrium klorida secara IV dan
jangan teruskan pengobatan diuretic,sesuai program
R/ Intervensi ini mencegah kehilangan natrium berlanjut
(3)
Pantau
tanda dan gejala tanda hipenatremia dengan kelebihan beban cairan
(haus,penurunan haluaran urine,dampak pada SSP bervariasi dari agitasi sampai
kejang,evaluasi osmolaritas serum,pertambahan berat badan,edema,nilai tekanan
darah ,takikardia
R/ Hipernatremia disebabkan oleh masukan masukan natrium
yang berlebihan atau peningkatan haluaran aldosteron.Air ditarik dari sel
menyebabkan sel dehidrasi dan menimbulkan gejala-gejala pada SSP.Haus merupakan
respon kompensasi untuk mengencerkan natrium
Hipernatremia
:
(1)
Berikan
pengganti cairan sesuai dengan nilai osmolaritas serum
R/ penurunan osmolaritas serum yang cepat dapat menyebabkan
edema otak dan kejang
(2)
Pantau
terhadap kejang
R/ kelebihan natrium menyebabkan odema serebral
(3)
Pantau
masukan dan haluaran seta berat badan
R/ hal ini akan mengevaluasi keseimbangan berat badan
DAFTAR PUSTAKA
Cahyaningsih, N.D. 2009. Hemidialisis; Panduan Praktis Perawatan Gagal
Ginjal. Cet Ke-2. Jogyakarta: Mitra Cendikia Press
Carpenito,
L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Doenges,
M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton & Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik
edisi 4 volume 2. Jakarta : EGC.
NANDA International.
2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009 - 2011. Jakarta
: EGC.
Price. 1997. Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jilid II. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol. 2.
Jakarta: EGC.
Sovari, A.A. 2008. Renal
Failure, Chronic, & Dialysis
Complication, (Online), (http://emedicine.medscape.com/article/157452-media, diakses pada tgl 1 Maret 2010).
Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, Hemodialysis,
(Online), (http://en.wikipedia. org/wiki/Hemodialysis, Diakses pada tgl 1 Maret 2010).