LEARNING
TASK
KASUS:
Tn W umur 52
tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan utama sesak nafas. Sesak
nafas dirasakan sejak tiga hari sebelum pasien datang ke rumah sakit. Sesak
nafas tanpa disertai batuk, dahak dan darah. Sifat sesak hilang timbul atau
kumat-kumatan. Intensitas sesak nafasnya terasa memberat setelah
pasien melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari. Pasien
menyatakan sesak jika tidur terlentang, sehingga untuk mengurangi sesak
nafasnya pasien lebih sering tidur dengan diganjal 2-3 bantal pada punggungnya,
pasien juga mengeluhkan setelah tidur sekitar ± 2 - 5 jam tiba-tiba terbangun
dari tidur pada malam hari karena sesak nafas. Pasien tidak merasa sesak
nafas pada saat hawa dingin, karena debu, bulu binatang, karena debu rumah,
atau bau-bau yang menyengat, dan juga tidak pernah mengeluh nafas disertai
dengan bunyi mengi. Sesak nafas yang dirasakan pasien akan
bertambah intensitasnya jika pasien merasakan kecapaian dan jika
sedang menghadapi permasalahan atau saat marah dan terasa membaik bila
pasien istirahat dengan posisi tubuh setengah duduk, namun pasien tidak
mengeluhkan nyeri dada.
Sejak ± 6 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan
perut terasa membesar dan terasa kencang sehingga sulit untuk bergerak. Pasien
juga mengeluh bengkak pada kedua tungkai kakinya. Bengkak tersebut bila ditekan
menggunakan jari tangan akan menimbulkan cekungan (dekok) dan akan kembali
seperti semula dalam waktu sekitar 5-10 detik. Dengan membengkaknya kedua
tungkai kaki tersebut membuat pasien susah untuk berjalan
TTV:
Tekanan
darah : 140/90 mmHg
Nadi
: 86 x/m, isi dan tegangan : reguler
Suhu
: 36,8 ° C
Pernapasan
: 21 x/m Tipe : Abdominal
EKG
1) Heart
Rate: 83x/menit
2)
Regularitas: Reguler
3) Normal
Sinus Ritme
4) Aksis
Jantung Normal
5)
Hipertrofi Ventrikel Kiri (LVH)
6)
Hiperkalemia
Berdasarkan kasus diatas Tn W didiagnosa
mengalami CHF
1.
Apa yang dimaksud
dengan CHF?
2.
Apa etiologi dari CHF?
3.
Bagaimana derajat/grade
dari CHF, Tn W mengalami CHF grade berapa?
4.
Apa perbedaan antara
CHF, gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri?
5.
Kenapa Tn W mengalami sesak
nafas, perut membesar dan bengkak pada kedua tungkai?
6.
Apa yang Anda ketahui
mengenai pitting edema?
7.
Kenapa EKG Tn W
didapatkan hipertrofi ventrikel kiri?
8.
Berdasarkan hasil EKG
didapatkan Tn W mengalami hiperkalemia, apa fungsi kalium bagi jantung?
9.
Bagaimana patofisiologi
CHF (disertai dengan pohon masalah)?
10. Apa
saja tanda dan gejala yang terjadi pada CHF?
11. Apa
saja hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien dengan CHF?
12. Bagaimana
penatalaksanaan pada CHF?
13. Bagaimana
prognosis CHF?
14. Apa
komplikasi dari CHF?
15. Buatlah
asuhan keperawatan pada Tn W!
16. Pendidikan
kesehatan apa yang perlu diberikan pada Tn W dan keluarga ketika sudah di
rumah?
***********
PEMBAHASAN
1.
Definisi CHF
·
Gagal jantung kongestif
adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif
paling sering digunakan apabila terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Secara klinis keadaan penderita sesak napas disertai dengan adanya bendungan
vena jugularis, hepatomegali, asites dan edema perifer. Gagal jantung kongestif
biasanya diawali lebih dulu oleh gagal jantung kiri dan secara lambat diikuti
gagal jantung kanan.
·
Penamaan gagal jantung
kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi
kanan (Mansjoer, 2001).
·
Gagal
jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung
gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
·
Gagal jantung adalah
keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari
definisi ini adalah pertama definisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan
metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung
secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi
miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi
mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan
menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya. Istilah gagal sirkulasi
lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan
ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan
dengan memadai. Defenisi ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi yang
mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam
volume darah, tonus vaskuler dan jantung.
Gagal jantung kongetif adlah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi
akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif
perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang
hanya berarti kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada
gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang
berlebihan atau anuria.
·
Gagal jantung kongestif
(CHF) adalah sindroma yang terjadi bila jantung tidak mampu memompa darah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic dan oksigenasi jantung (Carpenito,
1999).
·
Pengertian gagal jantung secara umum adalah
suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung
gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
kiri (Ilmu penyakit dalam, 1996)
Gagal jantung berarti jantung tidak
dapat memompa darah sebaik yang seharusnya dilakukan. Gagal jantung tidak
berarti jantung telah berhenti bekerja. "Pompa yang lemah" tidak
dapat memenuhi keperluan terus-menerus dari tubuh akan oksigen dan zat nutrisi.
Sebagai reaksi:
a.
dinding jantung merentang untuk menahan lebih banyak
darah
b.
dinding otot jantung menebal untuk memompa lebih kuat
c.
ginjal menyebabkan tubuh menahan cairan dan sodium.
Ini menambah jumlah darah yang beredar melalui jantung dan pembuluh darah.
d.
Tubuh anda mencoba untuk berkompensasi dengan
melepaskan hormon yang membuat jantung bekerja lebih keras. Dengan berlalunya
waktu, mekanisme pengganti ini gagal dan gejala-gejala gagal jantung mulai
timbul. Seperti gelang karet yang direntang berlebihan, maka kemampuan jantung
untuk merentang dan mengerut kembali akan berkurang. Otot jantung menjadi
terentang secara berlebihan dan tidak dapat memompa darah secara efisien.
Darah kembali ke lengan, tungkai, pergelangan kaki,
kaki, hati, paru-paru atau organ-organ lainnya; tubuh menjadi macet. Inilah
yang disebut gagal jantung kongestif.
Perubahan-perubahan yang terlihat dengan gagal jantung:
a. Di
dalam jantung normal
b. Dinding
jantung merentang dan bilik-bilik jantung membesar
c. dinding-dinding
jantung menebal
2. Etiologi CHF
Gagal jantung dapat disebabkan oleh
gangguan primer otot jantung itu sendiri atau beban jantung yang berlebihan
ataupun kombinasi keduanya. Secara garis besar, faktor kemungkinan yang
menyebabkan penyakit gagal jantung adalah orang-orang yang memiliki penyakit hipertenisi, hiperkolesterolemia (kolesterol
tinggi), perokok, diabetes (kencing manis), obesitas (kegemukan) dan
seseorang yang memiliki riwayat keluarga penyakit jantung serta tentunya pola
hidup yang tidak teratur dan kurang berolahraga.
Gagal
jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung
kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis
yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang
meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium.
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan
cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi
stenosis aorta dan hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan
kardiomiopati.
Faktor-faktor
yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanana sirkulasi yang
mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan
emboli paru-paru. Pennganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan
pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit
yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya
gagal jantung. Adapun etiologi dari CHF ini dijelaskan sebagai berikut :
- Kelainan Otot
Jantung
Penderita
kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi
yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosisi koroner,
hipertensi arterial, dan penyakit otot degenaratif atau inflamasi.
- Aterosklerosis
Koroner
Mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
- Hipertensi
Sistemik atau Pulmonal
(Peningkatan
afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertropi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertropi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertropi otot jantung tadi
tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
- Peradangan dan
Penyakit Miokardium Degenaratif
Berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara lansung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
- Penyakit jantung
lain
yang sebenarnya
tidak ada secara langsung mempengaruhi jantung, mekanisme yang terlibat
mencakup gangguan aliran darah melalui jantung misalnya stenosis katup
semiluner, ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah misalnya tamponade
pericardium, perikarditis kontriktif dan stenosis katup AV, peningkatan
mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi
“maligna”) dapat menyebabkan gagal jantung tidak ada hipertropi miokardial.
- Factor sistemik
yang berperan
dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung seperti meningkatnya laju
metabolisme (misalnya demam, tirotoksikosis) hipoksia dan anemia memerlukan
peningkatan curah jantung kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga
dapat menurunkan suplai oksigen kejantung. Asidosis (respiratorik atau
metabolik) dan abnormalitas plektrolit dapat menurunkankontraktilitas jantung.
- Gangguan
kontraktilitas (miokard infark/ miopati)
yang mengganggu
fungsi miokard karena menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan
gerakan dinding abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung tersebut yang
akhirnya menyebabkan penurunan curah jantung.
- Gangguan Afterload
(Stenosis Aorta/ Hipertensi Sistemik)
stenosis
menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri keaorta pada waktu sistolik
ventrikel, yang menyebabkan beban ventrikel meningkat dan akibatnya ventrikel
kiri hipertropi yang mengurangi daya renggang dinding ventrikel dan dinding
relative menjadi kaku dan pada akhirnya dapat mengurangi volume sekuncup dan
menyebabkan gagal jantung, katup AV, peningkatan mendadak afterload akibat
meningkatnya tekanan darah sistemik dapat menyebabkan gagal jantung tidak ada
hipotrofi miokardial.
3.
Derajat/grade dari CHF, Tn W mengalami CHF
grade berapa?
Berdasarkan
gejala sesak nafas NewYork Heart Association (NYHA) membagi gagal jantung
kongestif menjadi 4 klas yaitu :
Klas I: Aktivitas sehari-hari
tidak terganggu. Sesak timbul jika melakukan kegiatan fisik yang berat.
Klas
II : Aktivitas sehari-hari terganggu sedikit
Klas
III: Aktivitas
sehari-hari sangat terganggu. Merasa nyaman pada waktu istirahat
Klas
IV: Walaupun istirahat terasa sesak.
CHF
diagnosis based on Framingham’s Score
are:
Major Criteria:
§ Paroxysmal Nokturnal dispnu or ortopnu
§ Increasing Jugular Vein Pressure
§ Rales
§ Cardiomegaly
§ Acute pulmonary edema
§ S3 Gallop
§ Increasing vein pressure >16cmHg
§
Hepatojugular reflux
Minor Criteria:
§
Edema
Pretibial
§
Batuk
pada
malam hari
§
Dyspnoe
D’effort
§
Hepatomegali
§
Efusi
Pleura
§
Penurunan Vital Capacity sampai1/3 Maksimum
§ Takikardi
Diagnosis
ditegakkan jika terdapat 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor.
Berdasarkan
klasifikasi New York Heart Asscociation
penyakit CHF Tn. W termasuk sebagai kelas 4 (NYHA1-4) dimana dyspnea dan
fatigue sebagai penilaian. Intensitas sesak nafas Tn. W terasa memberat setelah pasien melakukan aktivitas lebih berat dari
aktivitas sehari-hari namun terasa membaik bila pasien istirahat dengan posisi
tubuh setengah duduk sehingga klien. Pada data juga dilampirkan bahwa Tuan W
mengeluhkan setelah tidur sekitar ± 2 - 5 jam tiba-tiba terbangun dari tidur
pada malam hari karena sesak nafas sehingga dapat disimpulkan symptons juga
timbul saat istirahat sehingga klien digolongkan pada kelas IV.
4. Perbedaan
gagal jantung kanan dan kiri
PERBEDAAN
|
|
GAGAL JANTUNG KANAN
|
GAGAL JANTUNG KIRI
|
Inspeksi :
§ Oedem
pretibial,dorsum pedis,oedem anasarca
§ Ascites
§ Mudah kenyang dan rasa sakit pada perut
kanan,kembung,mual,nafsu
§ makan
menurun
§ TVJ normal
Palpasi :
§ Pembesaran
jantung kekanan(batas kanan)
§ Pulsasi
kuat pada epigastrium
§ TVJ
§ Heptomegali
§ Ascites
§ Hepato
jugular refluks (+)
Perkusi :
§ Batas
kanan jantung melebar,Ascites
Auskultsasi
:
§ Bunyi
jantung cepat,melemah,irregular
§ Desah
sesuai dengan penyebab organic
§ Kelainan
pulmonal berupa penyakit paru kronis (rhonki, kering,basah, wheezing, suara
pernapasan melemah)
|
Inspeksi :
§ Sesak
nafas kalau bekerja s/d istirahat
§ Orthopnoe
§ PND
(Paroxismal Nokturnal dyspnoe
§ Batuk –
batuk
§ Sputum
berbuih dan kadang – kadang berdarah
Palpasi :
§ Iktus
melebar kekiri,kadang tidak jelas
§ irama jantung cepat,teratur/tidak teratur
Perkusi :
§ Batas
jantung kiri melebar kekiri atau kebawah
§ Batas
jantung kanan N
Auskultasi
:
§ Bunyi
jantung 1 dan 2 susah dibedakan
§ Denyut
jantung cepat
§ Kadang
didengar Gallop Rithme
§ Desah
systole pada daerah apex
§ P2 mengeras,kadang
P2 Splited
§ Ronchi
basah basal pada paru kiri dan kanan
|
Penyebab : karena ventrikel kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah
dengan adekuat.
|
Penyebab : ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang dating dari paru
|
Manifestasi klinis : dispnea (ortopnea, paroximal nocturnal dispnea), batuk, mudah lelah,
kegelisahan dan kecemasan.
|
Manifestasi klinis : edema (pitting edema), heapotomegali, anoreksia dan nokturia serta
kelemahan.
|
5. Tn W mengalami sesak nafas, perut membesar dan bengkak pada kedua
tungkai karena:
·
Bengkak
pada kedua kaki:
Edema
pada tungkai kaki terjadi karena kegagalan jantung kanan dalam mengosongkan
darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena. Edema ini di mulai pada kaki dan tumit
(edema dependen) dan secara bertahap bertambah keatas tungkai dan paha dan
akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema sakral jarang
terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah
yang dependen. Bila terjadinya edema maka kita harus melihat kedalaman edema
dengan pitting edema. Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung
bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari , baru jelas terlihat setelah
terjadinya retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat badan normal
selama mengalami edema (Brunner and Suddarth, 2002).
·
Perut membesar
Hepatomegali
dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesara vena
di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal
meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang
dinamakan asites. Pengumpuan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan
tekanan pada diafragma dan distres pernapasan. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya perut membesar pada klien.
·
Sesak nafas
Dispnea
atau perasaan sulit bernapas, adalah manifestasi gagal jantung yang paling
umum. Dispnea disebabkan oleh peningkatan kerja pernapasan akibat kongesti
vaskuler paru yang mengurangi kelenturan paru. Meningkatnya tahanan aliran
udara juga menimbulkan dispnea. Seperti juga spektrum kongesti paru yang
berkisar dari kongesti vena paru sampai edema interstisial dan akhirnya menjadi
edema alveolar, maka dispnea juga akan berkembang progresif. Dispnea saat
beraktivitas menunjukkan gejala awal dari gagal jantung kiri. Ortopnea (atau
dispnea saat berbaring) terutama disebabkan oleh redistribusi aliran darah dari
bagian-bagian tubuh yang di bawah ke arah sirkulasi sentral. Reabsorpsi cairan
interstisial dari ekstrimitas bawah juga akan menyebabkan kongesti vaskuler
paru-paru lebih lanjut. Dispnea nokturnal paroksisimal (PND) atau mendadak
terbangun karena dispnea, dipicu oleh timbulnya edema paru interstisial. PND
merupakan manifestasi yang lebih spesifik dari gagal jantung kiri dibandingkan
dengan dispnea atau ortopnea.
5.
Pitting Edema
Edema
adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel sel tubuh atau di
dalam berbagai rongga tubuh, sebagai akibat ketidak seimbangan faktor-faktor
yang mengontrol perpindahan cairan tubuh, antara lain gangguan hemodinamik
sistem kapiler yang menyebabkan retensi natriun dan air, penyakit ginjal serta
berpindahnya air dari intravaskular ke interstitium.
Pitting
edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan pada
ujung jari , baru jelas terlihat setelah terjadinya retensi cairan paling tidak
sebanyak 4,5 kg dari berat badan normal selama mengalami edema (Brunner and
Suddarth, 2002).
Langkah langkah pemeriksaaan:
1. Ucapkan
salam
2. Inspeksi
daerah edema ( simetris, apakah ada tanda tanda peradangan)
3. Lakukan
palpasi pitting dengan cara menekan dengan menggunakan ibu jari dan amati waktu
kembalinya.
Grading
edema:
·
Derajat I : pitting
sedikit/ 2mm, menghilang dengan cepat
·
Derajat II: pitting
lebih dalam/ 4mm, menghilang dalam waktu 10-15 detik
·
Derajat III : lubang yang dalam/6mm, menghilang dalam waktu
1 menit
·
Derajat IV : lubang
yang sangat mendalam/ 8mm berlangsung 2-5 menit
7. EKG Tn W didapatkan hipertrofi ventrikel kiri karena:
LVH
pada hipertensi sebenarnya merupakan fenomena yang kompleks, dimana tidak hanya melibatkan
faktor hemodinamik seperti : beban tekanan, volume, denyut jantung
yang berlebihan dan peningkatan kontraktilitas dan tahanan perifer, tetapi juga
faktor non hemodinamik seperti usia, kelamin, ras, obesitas, aktifitas fisik, kadar
elektrolit dan hormonal.
LVH
dimulai dengan peningkatan kontraktilitas miokard yang dipengaruhi oleh system saraf adrenergic
sebagai respond neurohumoral, kemudian diikuti dengan peningkatan aliran
darah balik vena karena vasokontriksi di pembuluh darah perifer dan retensi cairan oleh
ginjal. Bertambahnya volume darah dalam vaskuler akan meningkatkan beban
kerja jantung, kontraksi otot jantung akan menurun karena suplai aliran darah
yang menurun dari aliran koroner akibat arteriosclerosis dan berkurangnya cadangan
aliran pembuluh darah koroner. Proses perubahan di atas terjadi secara simultan
dalam perjalanan penyakit hipertensi dalam mewujudkan terjadinya payah
jantung.
Dengan
peningkatan tahanan perifer dan beban sistolik ventrikel kiri, jantung mengalami hipertrofi
karena aktifasi simpatis untuk meningkatkan kontraksi miokard. LVH tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor hemodinamik tetapi juga faktor non hemodinamik. Faktor
hemodinamik meliputi : beban tekanan dan beban volume yang berlebihan, denyut
jantung, kontraktilitis dan tahanan perifer yang bertambah, sedangkan faktor
non hemodinamik meliputi : usia, jenis kelamin, ras, viskositas darah, obesitas,
aktifitas, kadar elektrolit dan hormonal. Sistim renin angiostensin berperan
penting dalam terjadinya LVH, dalam
merangsang
proliferasi dan migrasi otot polos oleh receptor AT1. angiostensin II juga merangsang
pertumbuhan kolagen sebagai mediator hormone Transforming Growth Factor Beta (
TGF -B). disisi lain angiostensin bersifat vasokontriktor dan meningkatkan reabsorbsi
garam dan air. Pada awal hipertropi
belum tampak dengan pemeriksaan radiology, tetapi pada EKG sudah terlihat
peningkatan voltase pada setiap sandapan. Berat otot jantung padda awalnya
relatif tidak bertambah ( normal 0,6 – 0,65% dari berat badan) atau ± 350 – 375
g pada wanita dan 375 – 400 g pada pria. Hipertropi yang telah melewati massa
kritis (berat otot jantung > 500g) ditandai dengan penebalan
dinding ventrikel ( lebih dari 1,2 cm). Peningkatan massa otot ini lebih banyak berupa
hipertropi disbanding hyperplasia sehingga mengurangi kapasitas aliran
koroner karena kurangnya densitas pembuluh koroner. Secara mikroskopis
diameter serat miokard menebal > 20 cm
(normal 5 – 12 cm) karena peningkatan
sarcoplasma dan myofibril. Sering terdapat perobahan degeneratif seperti
vacoulisasi dari serat fibril. Secara ultrastruktur terlihat peningkatan jumlah
mitokondria, akumulasi glikogen, peningkatan apparatus golgi dan jumlah myofibril.
Pada
LVH terdapat dispersi QT (perbedaan terbesar dari interval QT pada setiap sandapan)
sebagai parameter tambahan untuk meningkatkan sensitifitas EKG dalam mendeteksi LVH,
dimana dengan peningkatan dispersi QT ini dapat membantu criteria voltase yang
sudah ada.
Faktor
yang berperan atau mekanisme yang melatarbelakangi dari criteria LVH pada EKG adalah :
1.
Bertambahnya amplitude ( voltase QRS)
2.
Keterlambatan konduksi intraventrikuler.
3.
Melebarnya sudut QRS/T.
4.
Kecendrungan deviasi sumbu sandapan ke kiri.
Bertambahnya
voltase pada EKG berhubungan dengan faktor berikut :
1.
Bertambahnya masa ventrikel kiri.
2.
Bertambahnya permukaan ventrikel kiri.
3.
Bertambahnya volume darah intra kavitasi
4.
Lebih dekatnya ventrikel pada dinding dada.
Berdasarkan
defleksi EKG sebanding dengan tebal otot yang teraktifasi ataupun dengan kedekatan
elektroda dengan otot yang berkontraksi. Pertambahan voltase pada LVH disebabkan
oleh pertambahan jumlah atau ukuran serabut otot. Luas permukaan ventrikel dan
volume intra kardial kurang berkorelasi dengan voltase. Sedangkan bertambahnya
jarak pusat masa ventrikel kiri dengan dinding dada akan mengurangi voltase
gelombang R yang dibuktikan dengan pemeriksaan ekokardiografi.
8. Fungsi Kalium Bagi
Jantung
Sistem kelistrikan pada jantung adalah sebuah otot, dan
seperti semua otot lainnya, ketika mendapatkan aliran impuls listrik, otot
jantung akan berkontraksi (memendek). Ketika otot jantung berkontraksi, akan
menyebabkan darah yang ada di dalamnya terpompa melalui jalur yang terdapat di
dalam jantung. Dua elektrolit tubuh utama yang terlibat dalam proses terjadinya
impuls listrik di dalam jantung adalah natrium dan kalium. Selain dua
elektrolit utama tersebut, terdapat elektrolit lainnya yang juga membantu dalam
menciptakan perbedaan potensial listrik ini yaitu kalsium dan magnesium namun peran
utama tetap menjadi milik natrium dan kalium. Kalium biasanya banyak terdapat
di dalam sel, dan natrium banyak terdapat di luar sel. Melalui beberapa
mekanisme tertentu, kalium perlahan akan keluar ke luar sel dan natrium
kemudian masuk ke dalam sel. Hal ini menciptakan potensial listrik yang berbeda
yang terus meningkat sampai pada titik pelepasan impuls listrik. Pertukaran
elektrolit terjadi di seluruh sel-sel khusus di dalam jantung, membuat
potensial listrik yang berbeda di kedua sisi sel tersebut. Saat potensial
listrik ini mencapai ambang batas tertentu, potensial ini akan dilepaskan dan
akan dikirimkan melalui sel-sel unik lainnya yang terdapat di dalam jantung,
dan menyebabkan kontraksi otot-otot jantung.
Ada 2 mekanisme terjadinya hiperkalemia, yaitu:
1. Kelebihan
asupan kalium melalui makanan. Buah–buahan dan sayur–sayuran banyak mengandung
kalium. Campuran garam dapat mengandung kalium, dan kelebihan asupan dapat
terjadi pada pemberian makanan enteral.
2.
Keluarnya kalium dari
intra sel ke ekstrasel. Keadaan asidosis metabolik, selain yang disebabkan oleh KAD
atau asidosis laktat, defisisensi insulin, pemakaian beta blocker, dan
pseudohiperkalemia akibat pengambilan sampel darah yang lisis. Kelainan klinik
bergantung kepada kadar kalsium, dan keseimbangan asam-basa.
Berkurangnya ekskresi melalui ginjal. Terjadi pada keadaan hiperaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif pada CHF dan pemakaian siklosporin. Dewasa ini diketahui pemakaian ACE inhibitor juga faktor resiko untuk hiperkalemia.
Berkurangnya ekskresi melalui ginjal. Terjadi pada keadaan hiperaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif pada CHF dan pemakaian siklosporin. Dewasa ini diketahui pemakaian ACE inhibitor juga faktor resiko untuk hiperkalemia.
Pada
hiperkalemia, terjadi peningkatan kepekaan membran sel, sehingga dengan sedikit
perubahan depolarisasi, potensial aksi dapat dengan mudah terjadi. Hal ini
menimbulkan kelemahan otot sampai paralisis dan gagal nafas. Gejala yang paling
buruk adalah penurunan kecepatan sistem konduksi miokard dan meningkatkan
repolarisasi miokard. Gangguan konduksi akan menimbulkan pemanjangan PR
interval, gelombang P yang mendatar atau QRS kompleks melebar pada EKG.
Peningkatan repolarisasi akan menimbulkan gelombang T yang meninggi (peaked T
waves ), yang merupakan keadaan yang berisiko terjadinya aritmia.
9.
Patofisiologi
Kelainan
intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat
penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup,
dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume akhir
diastolic) ventrikel, terjadi peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel
kiri (LVEDP). Derajar peningkatan tekanan bergantung pada kelenturan ventrikel.
Dengan meningkatnya LVEDP terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP)
karena atrium kiri dan ventrikel berhubungan langsung selama diastole.
Peningkatan LAP diteruskan kebelakang ke dalam pembuluh darah paru-paru,
menigkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Apabila tekanan hidrostatik
anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi
transudasi cairan kedalam interstitial. Jika kecepatan transudai cairan
melebihi kecepatan drainase limfatik, akan terjadi edema interstitial.
Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes kedalam
alveoli dan terjadilah edema paru. Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat
akibat peningkatkan kronis teanan vena paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan.
Serangkaian kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi
pada jantung kanan yang akhirnya menyebabkan edema dan kongesti sistemik.
Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru-paru diperberat oleh
regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau mitralis secara
bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi annulus katup
atrioventrikularis atau perubahan orientasi otot
papilaris dan korda tendinea akibat dilatasi
ruang.
10. Tanda
dan gejala CHF
Pada penderita
gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
Ø Gejala
paru berupa : dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
Ø Gejala
sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites, hepatomegali,
dan edema perifer.
Ø Gejala
susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai delirium.
·
CHF Kronik, meliputi :
o
Anoreksia
o
Nokturia
o
Edema perifer
o
Hiperpigmentasi
ekstremitas bawah
o
Kelemahan
o
Hepatomegali
o
Asites
o
Dypsnea
o
Intoleransi aktifitas
berat
o Kulit kehitaman.
·
CHF Akut :
o
Ansietas
o
Peningkatan berat badan
o
Restletness
o
Nafas pendek
o
Bunyi krekels
o
Fatigue
o
Takikardi
o
Penurunan resistensi
vaskuler
o
Distensi vena jugularis
o
Dypsnea
o
Orthopnea
o
Batuk, batuk darah
o
Wheezing bronchial
o
Sianosis
o
Denyut nadi lemah dan
tidak teraba
o
Penurunan urin output
o
Delirium
o
Sakit kepala
11. Hasil pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang pada pasien dengan CHF
·
Inspeksi : warna kulit,
bentuk tubuh, pola pernapasan, kerja pernapasan dan gambaran umum pasien
·
Palpasi : suhu, turgor
dan kelembapan kulit
·
Derajat edema dari +1 (
depresi ringan yang cepat menghilang) sampai +4 (depresi dalam yang lambat
menghilang) bergantung dalamnya indentasi jari yang tertinggal saat memeriksa.
·
Penilaian pengisian
kembali kapiler dengan menekan ujung kuku hingga menjadi putih.
1) Tekanan
dan Denyut Arteri
a. Frekuensi
atau keteraturan denyut arteri merupakan pertanda adanya aritmia
b. Amplitude
Bila
jarak antara 2 impuls jantung tidak teratur maka waktu pengisian ventrikel menjadi tidak
teratur dan volume sekuncup setiap denyut menjadi berbeda.
c. Kualitas
denyut
Denyut
nadi yang lemah menunjukan volume sekuncup yang kecil atau peningkatan resistensi
pembuluh darah perifer. Caranya dengan palpasi ringan A. Carotis.
Jenis- jenis
denyut :
ü Denyut
anakrotik
Denyut yang kecil
dengan upstroke yang lambat (pulsus tardus).
Merupakan ciri khas
stenosis aorta.
ü Waterhammer
pulse
Denyut nadi yang
meloncat naik dengan cepat dan melemah dengan cepat pula.
ü Pulsus
alternans
Interval teratur dan
menandakan adanya kegagalan ventrikel kiri.
ü Pulsus
bigeminus
Perubahan volume denyut
yang disebabkan pola bigeminal denyut premature (setiap denyut kedua) dalam
irama jantung.
ü Pulsus
paradoksus
Penurunan tekanan
sistolik 10mmHg saat inspirasi akibat penurunan tekanan intratoraks
diteruskan ke pembuluh darah paru sehingga meningkatkan volume
darah diikuti dengan penurunan aliran balik vena ke sisi kiri
jantung. Tamponade jantung atau perikarditis konstriktiva menghambat
laju pengisian jantung dan memperbesar penurunan tekanan saat inspirasi. Tekanan nadi adalah
perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolic.
2) Tekanan dan Denyut Vena
a. Tekanan
dan pulsasi dari vena jugularis mencerminkan fungsi jantung bagian kanan.
Vena jugularis interna diperiksa pada saat tubuh bagian atas diangkat
sekitar 15 sampai 30 derajat untuk mengetahui tekanan vena sentral.
Biasanya denyut vena tidak melebihi 3 cm di atas sudut sternum.
b. Uji
refluks hepatojugular : untuk mengetahui adanya gagal jantung sebelah kanan. Kuadran
kanan atas abdomen ditekan manual dan dipertahankan selama 30-60 detik.
3) Gerakan
prekordial
Pemeriksaan
kesimetrisan pergerakan toraks dan pulsasi nyata dengan cara palpasi dada untuk mengetahui denyut
yang normal dan abnormal.
4) Bunyi
jantung
Bunyi jantung
yang ada kaitannya dengan penyakit jantung ialah S3 dan S4. Tampilan patologis itu
disebut irama gallop (seperti derap lari kuda).
·
Gallop ventrikular (S3
abnormal)
·
Gallop atrium (S4
abnormal)
Bunyi
sangat pelan setalah bunyi jantung pertama. Terdengar bila resistensi ventrikel
terhadap pengisian atrium meningkat akibat peregangan dinding atau peningkatan
volume ventrikel.
·
Bising jantung
Akibat aliran
turbulen melalui struktur yang abnormal (penyempitan lubang katup, insufisiensi katup atau
dilatasi segmen artteri)
·
Bising diastolic,
sesudah bunyi S2 saat relaksasi ventrikel pada stenosis mitralis dan
insufisiensi aorta. Bising sistolik, bising insufisiensi yang terjadi pada
seluruh sistolik.
·
Bunyi ekstrakardia,
bunyi diluar katup seperti inflamasi
pericardium
sehingga terdengar seperti bunyi gesekan kertas empelas yang kasar / friction rub.
Pemeriksaan Penunjang
Ø EKG,
mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan
kerusakan pola. Pada CHF menunjukkan pembesaran ventrikel kanan/kiri, atrium
kanan/kiri.
Ø ECG,
mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel
hipertrofi, disfungsi penyakit katup jantung.
Ø Rontgen
dada, menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulmonal.
Ø Scan
jantung, tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerak jantung
Ø Kateterisdasi
jantung, tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan dan kiri, sianosis katup atau insufisiensi serta mengkaji
potensi arteri koroner
Ø Elektrolit,
mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretic
Ø Oksimetri
nadi, saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM
Ø AGD,
gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan tekanan karbondioksida
Ø Enzim
jantung, meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung, missal
infark miokard (kreatinin
fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase laktat/LDH, isoenzim LDH)
12.
Penatalaksanaan gagal jantung kongestif
dengan sasaran:
a)
Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik
-
Istirahat total/tirah baring dalam posisi semi fowler
-
Memberikan terapi Oksigen sesuai dengan kebutuhan
-
Memberikan terapi medik : digitalis untuk memperkuat
kontraksi otot jantung
b)
Menurunkan volume cairan yang berlebihan
- Memberikan terapi medik : diuretik
untuk mengurangi cairan di jaringan
- Mencatat intake dan output
- Menimbang berat badan
- Restriksi garam/diet rendah garam
c)
Mencegah terjadinya komplikasi
-
Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan
klien
-
Mencegah terjadinya immobilisasi akibat tirah baring
-
Merubah posisi tidur
-
Memperhatikan efek samping pemberian medika mentosa;
keracunan digitalis
-
Memeriksa atau memonitor EKG
-
Mengatur diet klien untuk membuat kerja dan ketegangan otot
jantung minimal. Misalnya pembatasan natrium untuk mencegah, mengatur, atau
mengurangi edema.
d) Pengobatan pembedahan Komisurotomi
Hanya
pada regurgitasi aorta akibat infeksi aorta, reparasi katup aorta dapat
dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat penyakit lainnya
umumnya harus diganti dengan katup artifisial.
Indikasi pada keluhan sesak napas yang tidak dapat diatasi dengan
pengobatan symptomatik. Bila ekhokardiografi menunjukkan sistole ventrikel kiri
55 mm, atau fractional shortning 25% dipertimbangkan untuk tindakan operasi
sebelum timbul gagal jantung.
e)
Revaskularisasi koroner
f)
Transplantasi jantung
g)
Pendidikan kesehatan, menyangkut penyakit, prognosis, pemakaian
obat-obatan serta mencegah
kekambuhan,antara lain:
·
Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosisnya
·
Menjelaskan tentang kegunaan obat-obat yang digunakan, serta
memberikan jadwal pemberian obat
·
Merubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah : merokok, stress,
kerja berat, minum alkohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol
·
Menjelaskan tentang tanda-tanda serta gejala yang menyokong
terjadinya gagal jantung, terutama yang berhubungan dengan kelelahan, lekas
capai, berdebar-debar, sesak napas, anoreksia, keringat dingin
·
Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun
tanpa gejala
·
Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima keadaan
dirinya secara nyata/realitas akan dirinya baik
Tujuan dasar
penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah sebagai berikut :
1.
Dukung
istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
2.
Meningkatkan
kekuatan dan efisiensi kontraksi kerja jantung dengan bahan-bahan farmakologis
3.
Menghilangkan
penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretic diet dan istirahat
Terapi yang dapat diberikan antara lain:
1. Terapi
Farmakologi
Glikosida jantung, diuretic dan vasodilator
merupakan dasar terapi farmakologis gagal jantung. Bagan 28-5 meringkaskan
glikosida jantung utama, berikut cara kerja dan pengawasan perawat yang
diperlukan saat pemberian obat tersebut.
A.
Digitalis. Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi jantung
dan memperlambat frekuensi jantung. Ada beberapa efek yang dihasilkannya :
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah; dan peningkatan
dieresis yang mengeluarkan cairan dan mengurangi edema. Efek dosi s digitalis
yang diberikan tergantung pada keadaan jantung, keseimbangan elektrolit dan
cairan serta fungsi ginjal dan hepar.
Digitalis dosis
lengkap diberikan untuk menginduksi efek
terapi penuh obat ini. Biasanya diberikan pada gagal jantung yang berat. Bila
tidak, digitalis diberikan sebagian. Dosis pemeliharaan diberikan setiap hari.
Pada semua
kasus, pasien harus diawasi dengan ketat dan pemberian dosis harian harus
tepat, sesuai dengan batas jumlah obat yang dapat dimetabolisme atau
diekskresi, untuk menjaga efek digitalis tanpa menyebabkan keracunan. Dosis
optimal adalah jumlah yang dapat mengurangi tanda dan gejala gagal jantung
pasien atau memperlambat respons ventrikel secara terapis tanpa menyebabkan keracunan.
Pasien dipantau
dengan ketat terhadap hilangnya tanda dan gejala seperti : berkurangnya dispnu
dan ortopnu, berkurangnya krekel, dan hilangnya edema perifer.
Keracunan Digitalis. Anoreksia, mual, dan muntah adalah efek awal keracunan digitalis. Dapat terjadi
perubahan irama jantung, bradikardia, kontraksi ventrikel premature, bigemini
ventrikel (denyut normal dan premature saling berganti), dan takikardi atrial
paroksimal.
·
Frekuensi
jantung apical dikaji sebelum pemberian digitalis. Bila terdapat frekuensi
jantung yang terlalu lambat atau gangguan irama, pengobatan harus ditunda dan
dokter harus diberi tahu. Dokter sering menghentikan preparat digitalis bila
frkuensinya 60 atau kurang.
·
Bila
diperlukan , kadar digitalis serum diukur sebelum obat ini diberikan.
Gejala lain
keracunan digitalis meliputi pandangan kabur, kuning atau hijau; kelemahan;
pusing; dan depresi mental.
B.
Terapi Diuretik. Diuretik diberikan untuk memacu ekskresi natrium
dan air melalui ginjal. Obat ini tidak diperlukan bila pasien bersedia merspons
pembatasan aktivitas, digitalis dan diit rendah natrium.
·
Bila
diuretic diresepkan, maka harus diberikan pada pagi hari sehingga dieresis yang
terjadi tidak mengganggu istirahat pasien dimalam hari.
·
Asupan
dan haluaran cairan harus dicatat, karena pasien mungkin mengalami kehilangan
sejumlah besar cairan setelah pemberian satu dosis diuretic.
·
Sebagai
dasar untuk mengevaluasi efektifitas terapi, maka pasien yang mendapat diuretic
harus ditimbang setiap hari pada waktu yang sama. Selain itu, turgor kulit dan
selaput lender harus dikaji akan adanya tanda-tanda dehidrasi atau edema.
Denyut nadi juga harus dipantau.
Jadwal pemberian
obat ditentukan oleh berat badan pasien sehari-hari, temuan fisik dan gejala.
Furosemide (Lasix) terutama sangat penting dalam terapi gagal jantung karena ia
dapat mendilatasi venula, sehingga meningkatkan kapasitas vena, yang pada
gilirannya mengurangi preload (darah
vena yang kembali ke jantung).
Terapi diuretuk
jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremia
(kekurangan natrium dalam darah) yang mengakibatkan lemah, letih, malese, kram
otot, dan denyut nadi yang kecil dan cepat.
Pemberian
diuretic dalam dosis benar dan berulang juga dapat mengakibatkan hipokalemia (kehilangan kalium dalam
darah), ditandai dengan denyut nadi lemah, suara jantung menjauh, hipertensi,
otot kendor, penurunan reflex tendon dan kelemahan umum. Hipokalemia menambah
masalah baru pada pasien jantung, karena diantara komplikasi yang dapat muncul,
hipokalemia adalah kelemahan kontraksi jantung yang mencetuskan keracunan
digitalis pada individu yang mendapat digitalis,
keduanya meningkatkan kemungkianan terjadinya distrimia yang berbahaya.
·
Pengkajian
elektrolit berkala akan meningkatkan anggota tim kesehatan terhadap adanya
hipokalemia dan hiponatremia.
·
Untuk
mengurangi resiko hipokalemia dan komplikasi yang menyertainya, maka pasien
yang mendapat pengobatan diuretik harus diberi tambahan kalium (kalium
klorida). Pisang, jus jeruk, plum kering, kismis, apricot, kurma, persik dan
bayam adalah sumber kalium dalam diet.
Masalah lain
yang berhubungan dengan pemberian diuretic adalah hiperurisemia (kadar asam
urat yang berlebihan), kehilangan cairan akibat urinasi yang berlebihan, dan
hiperglikema.
Manula pria
membutuhkan perhatian perawat yang lebih karena insiden obstruksi uretra akibat
pembesaran prostat cukup tinggi pada kelompok ini. Tanda-tanda distensi kandung
kemih harus diperhatikan secara berkala dengan melakukan palpasi di atas
kandung kemih.
C.
Terapi Vasodilator. Obat-obat vasoaktif merupakan
pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung.
Obat-obat
vasodilator telah lama digunakan untuk mengurani impedansi (tekanan) terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat-obat ini memperbaiki pengosongan
ventrikel dan meningkatkan kapasitas vena, sehingga tkanan pengisian ventrikel
kiri dapat diturunkan dan dapat dicapai penurunan dramatis kongesti paru dengan
cepat.
Natrium nitroprusida dapat diberikan secara intravena melalui infuse
yang dipantau ketat. Dosisnya harus dititrasi agar tekanan systole arterial
tetap dalam batas yang diinginkan dan pasien dipantau dengan mengukur tekanan
arteri pulmonalis dan curah jantung. Vasodilator lain yang sering digunakan
adalah nitrogliserin.
2. Dukungan
Diet
Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga
kerja dan ketegangan otot jantung minimal, dan status nutrisi terpelihara,
sesuai dengan selera dan pola makan
pasien.
Pembatasn
Natrium. Pembatasan
natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema, seperti pada
hipertensi atau gagal jantung. Dalam menentukan aturan, sumber natrium harus
spesifik dan jumlahnya perlu diukur dalam milligram. Hindari kata-kata makanan
“rendah garam” atau “bebas garam”. Kesalahan yang sering terjadi biasanya
disebabkan akibat penerjemahan yang tidak konsisten dari garam ken atrium.
Harus diingat bahwa garam itu tidak 100% natrium. Terdapat 393 mg, atau sekitar
400 mg natrium dalam 1 g (1000 mg) garam.
Meskipun
sumber utama pada pada kebanyakan diet amerika adalah garam, berbagai
jenis makanan alamiah mengandung berbagai kadar natrium. Maka meskipun tidak
ada penambahan garam dalam masakan daa meskipun makanan asin sudah dihindari
tetapi diet harian kita masih tetap mengandung kurang lebih 1000 sampai 2000 mg
natrium.
Sumber natrium lain dapat ditemukan pada berbagai
makanan yang telah diprose. Bahan tambahan makanan seperti natrium alginate
yang dapat memperbaiki tekstur, natrium bensoat yang berfungsi sebagai bahan
pengawet, dan natrium fosfat yang dapat memperbaiki kualitas masakan pada
berbagai makanan-dapat meningkatkan asupan natrium jika terkandung dalam diet
harian. Maka, pasien yang harus menjalani diet rendah natrium harus dianjurkan
untuk jangan membeli makanan olahan dan membaca label dengan teliti terhadap
kata-kata “garam” atau “natrium” khususnya makanan kaleng. Diet yang memerlukan
kadar natrium kurang dari 1000 mg, susu rendah lemak, roti rendah garam dan
mentega bebas garam harus mendapat perhatian.
Pasien yang dibatasi diet natriumnya juga harus
diingatkan untuk tidak meminum obat-obat tanpa resep seperti antasida, sirup
obat batuk, pencahar, penenang atau pengganti garam, karena produk tersebut
mengandung natrium atau jumlah kalium yang berlebihan, obat-obat bebas jangan
digunakan tanpa konsultasi dahulu dengan dokter.
Bila diet sangat dibatasi terhadap lemak dan
natrium, pasien pasti merasa makanan menjadi tidak enak dan menolak makan.
Bebagai penyedap makanan seperti jus lemon dan rempah-rempah dapat digunakan
untuk menambah selera makan dan membuat pasien mau menerima diet yang
dianjurkan. Segala usaha harus dilakukan untuk sedapat mungkin memenuhi selera
pasien.
Obat-obatan lain yang dapat
diberikan yaitu:
§ Penghambat ACE (ACE inhibitors):
untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban kerja jantung
§ Penyekat beta (beta
blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan menurunkan tekanan darah
agar beban jantung berkurang
§ Inotropik positif: Dobutamin adalah
obat simpatomimetik dengan kerja beta 1 adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan
kekuatan kontraksi miokardium (efek inotropik positif) dan meningkatkan denyut
jantung (efek kronotropik positif).
§ Sedati: Pemberian sedative untuk
mengurangi kegelisahan bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada
klien.
13.
Prognosis CHF
Pada
sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi pada hari/
minggu-minggu pertama pasca lahir, misalnya sindrom hipoplasia jantung kiri,
atresia aorta, koarktasio aorta atau anomali total drainase vena pulmonalis
dengan obstruksi. Terhadap mereka, terapi medikmentosa saja sulit memberikan
hasil, tindakan invasif diperlukan segera setelah pasien stabil. Kegagalan
untuk melakukan operasi pada golongan pasien ini hampir selalu akan berakhir
dengan kematian.
Pada
gagal jantung akibat penyakit jantung bawaan (PJB) yang kurang berat, pendekatan
awal adalah dengan terapi medis adekuat, bila ini terlihat menolong maka dapat
diteruskan sambil menunggu saat yang baik untuk koreksi bedah. Pada pasien
penyakit jantung rematik yang berat yang disertai gagal jantung, obat-obat
gagal jantung terus diberikan sementara pasien memperoleh profilaksis sekunder,
pengobatan dengan profilaksis sekunder mungkin dapat memperbaiki keadaan
jantung.
14. Komplikasi dari CHF
Menurut
Patric Davay (2005), komplikasi gagal jantung kongestif adalah sebagai berikut
:
a) Efusi
pleura
Di hasilkan dari
peningkatan tekanan kapiler. Transudasi cairan terjadi dari kapiler masuk ke
dalam ruang pleura. Efusi pleura biasanya terjadi pada lobus sebelah kanan bawah.
b) Aritmia
Pasien dengan gagal
jntung kongestif mempunyai risiko untuk mengalami aritmia, biasanya disebabkan
karena tachiaritmias ventrikuler yang akhirnya menyebabkan kematian mendadak.
c) Trombus
ventrikuler kiri
Pada kejadian gagal
jantung kongestif akut ataupun kronik, dimana terjadinya pembesaran dari
ventrikel kiri dan penurunan cardiac output hal ini akan meningkatkan
kemungkinan pembentukan thrombus di ventrikel kiri, sehingga American
college of cardiology dan AHA merekomendasikan pemberian
antikoagulan pada pasien dengan gagal jantung kongestif dan atrial fibrilasi
atau fungsi penurunan ventrikel kiri (Cth: ejection fraction kurang dari 20%).
Sekali terbentuk thrombus, hal ini bisa menyebabkan penurunan kontraksi
ventrikel kiri, penurunan cardiac output dan kerusakan perfusi pasien akan
menjadi lebih parah. Pembentukan emboli dari thrombus juga mungkin
mengakibatkan terjadinya cerebrovaskular accident (CVA)
d) Hepatomegali:
karena lobus hati mengalami kongestif dengan darah vena sehingga menyebabkan
perubahan fungsi hati. Kematian sel hati, terjadi fibrosis dan akhirnya
sirosis.
e) Syok Kardiogenik
Merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif, terjadi
bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung kehilangan
kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi
jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan
sifat sirkulasi patofisiologi gagal jantung. A;iran darah ke arteri koroner berkurang,
sehingga asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan
iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa akhirnya
lingkaran setan.
f)
Episode tromboemboli
Kurangnya mobilitas
pasien penyakiit jantung dan adanya gangguan sirkulasi yang menyertai kelainan
ini berperan dalam pembentukan thrombus intrakardial dan intravaskuler. Begitu
pasien meningkatkan aktivitasnya setelah mobilitas lama, sebuahtrombus dapat
terlepas (thrombus yang terlepas dinamakan embolus) dan dapat terbawa ke otak,
ginjal, usus dan paru. Epsode emboli yang tersering adalah emboli paru. Gejala
emboli paru meliputi nyeri dada, sianosis, napas pendek dan cepat serta
hemoptisis (dahak berdarah). Emboli sistemik dapat
berasal dari ventrikel kiri. Sumbatan vaskuler dapat menyebabkan sroke atau
infark ginjal, juga dapat mengganggu suplai darah ke ekstremitas.
g) Efusi
pericardial dan Tamponade pericardium
Efusi pericardial
mengacu pada masuknya ciran ke dalam kantung pericardium. Kejadian ini biasanya
disertai dengan perikarditis, gagal jantung atau bedah jantung. Secara normal
kantung pericardium berisi cairan sebanyak kurang dari 50 ml. cairan
pericardium akan terakumulasi secara lambat tanpa menyebabkan gejala yang
nyata. Namun demikian perkembangan efusi yang cepat dapat meregangkan pericardium
sambai ukuran maksimal dan menyebabkan penurunan curah jantung serta aliran
balik vena ke jantung. Hasil akhir proses adalah tomponade jantung. Pasien
mungkin mengeluh dada terasa penuh atau sangat nyeri. Peregangan kantung
pericardium menyebabkan dada seperti tertekan. Tanda-tanda lain mencakup napass
pendek dan tekanan darah yang menurun dan berfluktuasi. Pada saat inspirasi
tekanan darah menjadi rendah (pulpus paradoksus) dan denyut nadi tidak dapat
dipahami. Tekanan vena cenderung meningkat dan bunyi jantung terdengar lemah,
di tandai dengan pembesaran vena di leher.
16. Pendidikan kesehatan
yang perlu diberikan pada Tn W dan keluarga ketika sudah di rumah
1.
Hidup
dengan reserve jantung yang terbatas
a. Beristirahat
harus cukup
·
Beristirahat secara
teratur setiap hari
·
Memperpendek waktu
kerja bila memungkinkan
·
Menghindari kemarahan
emosional
b. Menerima
kenyataan bahwa pemakaian digitalis dan pembatasan natrium mungkin harus
dialami seumur hidup.
·
Minum digitalis dengan
dosis sesuai dengan yang diresepkan .
1. Menghindari
mengganti merek dagang dengan merek lain selain yang diresepkan.
2. Memeriksa
denyut nadi sendiri setiap hari.
3. Melakukan
sistem penghitung sisa tablet untuk meyakinkan bahwa obat telah diminum.
·
Minum diuretik sesuai
resep
1. Menimbang
berat badan setiap hari pada waktu yang sama untuk mendeteksi setiap
kecendrungan penimbunan cairan.
2. Melaporkan
peningkatan berat lebih dari 0,9 sampai
1,4 kg
(2-3 pound)
dalam beberapa hari.
3. Mengetahui
tanda dan gejala kehilangan kalium; bila meminum kalium per oral, selalu
menghitung sisa tablet sesuai jumlah obat diuretik.
c. Minum
vasodilator sesuai resep.
·
Belajar mengukur
tekanan darah sendiri dengan interval yang dianjurkan.
·
Mengetahui tanda dan
gejala hipotensi ortostatik dan bagaimana mencegahnya.
d. Membatasi
natrium sesuai petunjuk
·
Membaca dengan teliti
rencana diit yang tertulis dan daftar makanan yang dilarang dan yang tidak
diperbolehkan.
·
Periksalah label untuk
mengetahui kandungan netrium ( antasida, pencahar, obat batuk )
·
Menghindari penggunaan
garam.
·
Menghindari makan dan
minum yang berlebihan.
e. Memeriksa
kembali program aktivitas
·
Meningkatkan jalan –
jalan dan aktivitas lain secara bertahap, agar tidak menyebabkan kelelahan dan
dispnea.
·
Secara umum, tetap
menjalankan berbagai tingkat aktivitas yang bisa dipertahankan, tanpa
menimbulkan gejala.
·
Menghindari panas dan
dingin yang berlebihan, yang akan meningkatkan kerja jantung. Air conditioning
sangat penting pada iklim yang panas dan lembab.
·
Mematuhi kunjungan
berkala kedokter atau klinik.
2.
Siaga
terhadap gejala yang menunjukkan adanya kekmbuhangagal jantung.
a. Mengingat
gejala yang dialami ketika mulai sakit. Timbulnya kembali gejala yang dulu
menunjukkan adanya kekambuhan.
b. Melaporkan
dengan segera kepada dokter atau klinik semua keluhan :
·
Peningkatan berat badan
·
Kehilangan selera makan
·
Napas pendek setelah
beraktivitas
·
Bengkak di tumit, kaki atau perut
·
Batuk yang tidak
sembuh-sembuh
·
Buang air kecil yang
sering di malam hari
*****************
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1.
Pengkajian
a)
Data objektif :
b)
Data subjektif :
c)
Riwayat keperawatan
1)
Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian
riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan/gangguan dalam mobilisasi, meliputi :
a.
Alasan masuk rumah sakit
b.
Keluhan utama
c.
Kronologis keluhan
2)
Riwayat kesehatan masa lalu
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi, misalnya adanya riwayat penyakit sistem
neurologis, riwayat pemakaian obat, seperti sedative, hipnotik, depresan sistem
saraf pusat
a.
Riwayat imunisasi
b.
Riwayat alergi
c.
Riwayat kecelakaan
d.
Riwayat di rawat di RS
3)
Riwayat kesehatan keluarga
4)
Riwayat psiko-sosio-spiritual
Pengkajian pola gordon
1.
Persepsi kesehatan
Pengetahuan
klien tentang kesehatannya, termasuk riwayat keluarga dan riwayat kesehatan,
hal yang dilakukan saat pasien sakit, obat yang biasa digunakan,
2.
Pola nutrisi metabolik
Sering makan dan minum apa, pola
makan, nafsu makan pasien terganggu atau tidak, adanya pusing mual dan muntah,
mukosa kering atau tidak, ada riwayat alergi makanan atau tidak
3.
Pola eliminasi BAB dan BAK
Pola eliminasi BAB dan BAK terganggu
atau tidak, ada atau tidak konstipasi atau diare, ada atau tidak gangguan pada
pola BAK, termasuk frekuensi, lamanya, berapa kali dan juga karakteristik dari
BAB dan BAK, pernah menggunakan obat pelancar BAB atau BAK
4.
Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas sehari-hari terganggu atau
tidak, latihan sehari-hari terganggu atau tidak, termasuk kegiatan bekerja,
kegiatan dirumah, ADL terganggu atau tidak, kegiatan yang biasa dilakukan
terganggu atau tidak
5.
Pola tidur dan istirahat
Pola tidur pasien terganggu atau
tidak, kenyamanan tidur dan istirahat terganggu atau tidak, bagaimana posisi
klien untuk menjaga kenyamanan dalam tidur, pernah menggunakan obat tidur atau
tidak,
6.
Pola kognitif dan perceptual
Ada masalah dengan alat indera atau
tidak , menggunakan alat bantu dengar dan kacamata atau tidak, persepsi klien
tentang nyerinya
7.
Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi klien tentang dirinya,
apakah klien mengenali dirinya sendiri, mengenali orang sekitarnya atau tidak,
penilaian klien tentang harga dirinya
8.
Peran dan hubungan dengan sesama
Ada atau tidak gangguan dalam
sosialisasi terhadap keluarga maupun masyarakat, apakah pasien merasa terganggu
karena tidak dapat berperan sebagaimana mestinya, klien dekat dengan siapa
9.
Pola seksualitas dan reproduksi
Ada masalah seksual atau tidak, ada
atau tidak gangguan dalam pemenuhan kebutuhan seksualitas dan reproduksi
10. Pola
koping terhadap stress
Pola koping dari pasien bagaimana
terhadap stress, apa yang biasa pasien lakukan bila sedang stress, penyebab
klien stress beberapa hari ini,
11. Nilai
dan kepercayaan
Bagaimana nilai kepercayaan dari
pasien, apakah masih percaya dengan kepercayaannnya dan pola ibadahnya
terganggu atau tidak
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang
dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang
menderita penyakit jantung pada umumnya. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu
:
·
Inspeksi
Observasi adanya sianosis, sesak napas,
retraksi, clubbing finger, hiperemi pada ujung jari, penurunan BB, anak
terlihat pucat, retraksi pada sela intrakostal dan region epigastrium
·
Palpasi
Ø
Pemeriksaaan ictus
cordis : meraba ictus kuat atau tidak denyutannya, regular tau irregular,
periksa denyut apical
Ø
Palpasi getaran/Thrill
: raba lokasi dari getaran, terjadi saat systole atau diastole
Ø
Palpasi trakea :
meraba adanya deformitas
·
Perkusi
Ø
Batas jantung kiri :
melakukan perkusi diantara arah lateral ke medial, perubahan antara bunyi sonor
dari paru-paru ke redup
Ø
Batas jantung kanan :
dilakukan dari arah lateral ke medial, ditentukan setelah mengetahui batas paru
dengan hepar
·
Auskultasi
Ø
Bunyi jantung I :
terdengar pada ruang interkostal IV-V kiri, pada tepi sternum
Ø
Bunyi jantung II :
terdengar jelas pada area basis, intensitas BJ II aorta akan bertambah pada
hipertensi dan juga BJ II pulmonal akan bertambah pada penyakit jantung
kongenital
Pemeriksaan penunjang
Hasil
pemeriksaan EKG pada pasien menunjukkan :
1) Heart Rate: 83x/menit
2) Regularitas: Reguler
3) Normal Sinus Ritme
4) Aksis Jantung Normal
5) Hipertrofi Ventrikel Kiri (LVH)
6) Hiperkalemia
Analisa Data
DS dan DO
|
Pohon masalah
|
Masalah keperawatan
|
|||
DS : -
DO: hasil EKG menunjukkan
·
Heart Rate: 83x/menit
·
Regularitas: Reguler
·
Normal Sinus Ritme
·
Aksis Jantung Normal
·
Hipertrofi Ventrikel Kiri (LVH)
·
Hiperkalemia
|
CHF
Perubahan EKG
Penurunan curah jantung
|
Penurunan curah jantung
|
|||
DS : -
DO: hasil EKG menunjukkan peningkatan HR
TD : 140/90 mmHg
|
Gagal pompa ventrikel kiri
RAA meningkat
Peningkatan tekanan darah lebih dari normal
PK Hipertensi
|
PK Hipertensi
|
|||
DS : -
DO: hasil EKG menunjukkan
peningkatan kadar kalium dalam serum
|
CHF
Peningkatan kadar kalium dalam serum
PK Hiperkalemia
|
PK Hiperkalemia
|
|||
DS:pasien juga
mengeluhkan setelah tidur sekitar ± 2 - 5 jam tiba-tiba terbangun dari tidur
pada malam hari karena sesak nafas
DO : -
|
Dispnea
Terjadi peningkatan pada malam hari
Pasien sering terbangun
Gangguan Pola Tidur
|
Gangguan pola tidur
|
|||
DS : pasien mengatakan sesak
napas sejak 3 hari yang lalu, tanpa disertai batu, dahak dan darah
DO : RR pasien meningkat,
pasien merasa sesak setelah melakukan aktivitas
|
Gagal pompa ventrikel kanan
Suplai O2 berkurang dalam tubuh
Mekanisme kompensasi
Peningkatan RR
Dispnea
Ketidakefektifan Pola Nafas
|
Ketidakefektifan pola napas
|
|||
DS : pasien mengatakan sulit bergerak
dan merasa lemas
DO : peningkatan RR saat
beraktivitas dan pasien terlihat sesak
|
Suplai O2 dalam tubuh berkurang
Metabolism anaerob
Produksi ATP menurun
Fatigue
Intoleransi Aktifitas
|
Intoleransi aktivitas
|
Diagnosa
keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontrkatilitas ditandai dengan perubahan EKG
2. PK Hipertensi berhubungan dengan gagal
jantung ditandai dengan peningkatan tekanan darah lebih dari normal
3. PK Hiperkalemia berhubungan dengan gagal
jantung ditandai dengan peningkatan kadar kalium dalam serum
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan
perubahan dalam privasi tidur ditandai dengan perubahan dari tidur yang
biasanya
5. Ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan hiperventilasi ditandai dengan dispnea
6. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan menyatakan merasa letih,lemah
Diagnose
|
Tujuan dan
criteria hasil
|
Intervensi
|
Evaluasi
|
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan heart rate ditandai dengan perubahan EKG
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
…x24jam pasien diharapkan dapat memenuhi criteria hasil :
NOC
label
Cardiopulmonary
status
1. Tekanan systole dan diastole dalam batas
normal pada skala 5
2. Tekanan perifer dalam batas normal pada
skala 5
3. Denyut apical dalam batas normal pada skala
5
4. Ritme jantung normal pada skala 5
5. RR normal pada skala 5
6. Tidak ada sesak napas pada skala 5
7. Ritme pernapasan normal pada skala 5
8. Indeks jantung normal pada skala 5
Fluid
overload severity
1. Tidak ada edema pada kaki pada skala 5
2. Tidak ada asites pada skala 5
3. Tidak ada edema menyeluruh pada skala 5
4. Tidak ada kelemahan pada skala 5
5. Tidak ada peningkatan tekanan darah pada
skala 5
|
NIC
label :
Cardiac
care
1. Menulis tanda dan gejala dari penurunan
curah jantung
2. Monitor TTV secara teratur
3. Monitor kardivaskular status
4. Monitor tanda dari disritmia
5. Monitor fungsi pacemarker
6. Kenali tanda dari peningkatan tekanan darah
7. Kolaborasi pemberian obat antiaritmia
8. Kolaborasi pemberian terapi obat
antihipertensi
9. Monitor aktivitas yang ditoleransi
10. Beritahu pasien bila ada perasaan tidak
nyaman pada dada
Airway
management
1. Posisikan pasien untuk mendapatkan
ventilasi yang optimal
2. Anjurkan
perlahan lahan nafas dalam
3. Auskultasi adanya suara napas tambahan
4. Berikan terapi oksigen
5. Monitor RR dan status oksigenasi
6. Administrasikan
bronkodilator, jika diperlukan
Electrolyte
management : Hiperkalemia
1. Monitor peningkatan potassium serum
2. Monitor fungsi ginjal
3. Kolaborasi pemberian diuretic
4. Monitor status cairan, intake dan output
5. Berikan makanan yang rendah potassium
6. Monitor dari keracunan digitalis
7. Monitor level potassium setelah diberikan
diuretic
|
S : -
O : perawat melihat edema pada kaki
berkurang, RR normal (16-20x/menit), HR normal (60-100x/menit)
A : tujuan tercapai sebagian
P : lanjutkan intervensi
|
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan perubahan dalam privasi tidur ditandai dengan perubahan dari tidur
yang biasanya
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama …x24jam diharapkan pasien dapat memenuhi
criteria hasil :
Label NOC: Sleep
|
Label NIC: Sleep Enchancement
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2. Fasilitasi untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur (membaca)
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
|
S : -
O : pasien terlihat sudah mulai tertidur
dan nyaman
A : tujuan tercapai sebagian
P : lanjutkan intervensi
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan menyatakan merasa letih,lemah
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …
x 24 jam pasien dapat memenuhi criteria hasli :
NOC
label :
Activity
tolerance
1. Klien mampu mengidentifikasi aktifitas dan
situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkonstribusi pada intoleransi
aktifitas.
2. Klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas
fisik tanpa disertai peningkatan TD, N, RR dan perubahan ECG
3. Klien mengungkapkan secara verbal, pemahaman
tentang kebutuhan oksigen, pengobatan dan atau alat yang dapat meningkatkan
toleransi terhadap aktifitas.
4. Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan
diri tanpa bantuan atau dengan bantuan minimal tanpa menunjukkan kelelahan
|
NIC label :
Energy management
1. Tentukan penyebab keletihan, nyeri,
aktifitas, perawatan , pengobatan
2. Kaji respon emosi, sosial dan spiritual
terhadap aktifitas.
3. Evaluasi
motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktifitas.
4. Monitor respon
kardiorespirasi terhadap aktifitas : takikardi, disritmia, dispnea,
diaforesis, pucat.
5. Monitor asupan nutrisi
6. Letakkan benda-benda yang sering digunakan
pada tempat yang mudah dijangkau
7. Kaji pola
istirahat klien dan adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
Activity therapy
1. Bantu klien
melakukan ambulasi yang dapat ditoleransi.
2. Rencanakan
jadwal antara aktifitas dan istirahat.
3. Bantu dengan
aktifitas fisik teratur misal: ambulasi, berubah posisi, perawatan personal,
sesuai kebutuhan.
4. Minimalkan anxietas dan stress, dan berikan
istirahat yang adekuat
|
S : -
O : perawat melihat pasien dapat melakukan
aktifitas yang dapat ditoleransi
A : tujuan tercapai sebagian
P : lanjutkan intervensi
|
DAFTAR PUSTAKA
http://www.cardiaccentre.com.sg/services_heart_failure.htm
( akses 24 juni 2012)
Joanne
& Gloria. 2004. Nursing Intervension
Classification Fourth Edition, USA : Mosby Elsevier
Price,
Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: EGC
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sue,
Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing
Outcomes Classification Fourth Edition,
USA : Mosby Elsevier
T.
Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
No comments:
Post a Comment